Tidak Mudik, Sebuah Misi Kemanusiaan?

Dan Jogja menjadi saksi bisu dari rencana yang pernah saya buat. Tepatnya di Candi Plaosan. Pagi itu untuk pertama kalinya saya menikmati sunrise di sana, perjuangan bangun pagi yang tak seperti biasanya terbayar tuntas dengan pemandangan yang indah dan hangat. Ladang jagung yang berada tepat di sebelah candi pun memaksa otak saya untuk membuat rencana, untuk kembali lagi ke sana, menikmati kehangatan mentari ketika mereka sudah tumbuh tinggi. Pasti lebih indah. Sayangnya, manusia memang hanya bisa membuat rencana yang terbaik. Iyakan?



   Tak banyak yang tahu kalau saya punya kampung halaman, Jogja, tempat keluarga besar Ibu saya berasal. Meskipun bisa dihitung berapa kali saya ke sana untuk bertemu mereka, hehe, kebanyakan memang untuk traveling saja. Namun terakhir kali ke sana, Desember 2019 kalau tak salah, otak saya seakan menstimulus untuk kembali lagi ke Jogja dengan tujuan silaturahmi, dan mudik lebaran 2020 menjadi pilihan waktu yang tepat menurut saya.

“Kita hanya bisa merencanakan”, seketika petuah itu terus terdengung bersamaan dengan wabah corona yang semakin mengkhawatirkan. Rencana mudik yang jarang sekali ingin saya lakukan harus mundur perlahan, egonya harus mengalah dengan rasa cinta yang masih terus saya pelajari. Ya, saya berharap ini benar cinta untuk keluarga besar saya. Sebagai warga yang baik, saya harus mengikuti himbauan pemerintah juga untuk tidak mudik di tengah pandemik ini. Saya tak ingin menjadi PDP!

Apa Itu Carrier, OTG, ODP, PDP?

Sepulangnya dari traveling Lombok & Bali di awal tahun, saya semakin yakin, dan meyakinkan orang rumah, untuk tak melakukan mudik tahun ini. Alasannya? Tentu karena posisi saya yang mungkin akan bertindak sebagai Carrier jika mudik, atau pembawa virus tersebut. Hal ini belum pasti sih, karena saya tak melanjutkannya ke tahap pemeriksaan. Hanya sebatas cek pribadi saja, ditambah dengan ketakutan yang beralasan.

Carrier adalah mereka yang terinfeksi virus corona (Covid-19) namun tak bergejala, asimptomatik istilah dalam dunia mendisnya. Dan mereka inilah yang membuat Covid-19 menyebar dengan sangat cepat. Dari satu negara ke negara lain, dan sampialah di Indonesia, hiks. Sebelum fix menjadi carrier, sejatinya semua orang saat ini bisa masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG), mereka yang tidak punya gejala terkait corona seperti demam, batuk, radang tenggorokan, dan sesak nafas namun punya riwayat kontak erat dengan mereka yang positif corona. Makanya pemerintah terus menekan angka penyebaran virus corona dengan ‘Jaga Jarak’ dan ‘Di Rumah Aja’ agar OTG tidak menjadi carrier pada akhirnya.



Virus Corona menyebar dari satu orang ke orang lainnya melalui droplet, percikan-percikan, yang keluar dari hidung/mulut orang yang terinfeksi. Dan dalam sebuah penelitian, The Journal of Hospital Infection, yang mengalisis 22 studi terkait Covid-19 mengungkapkan bahwa virus tersebut dapat bertahan di benda/permukaan cukup lama, misalnya, pada benda yang terbuat dari baja corona dapat bertahan selama 2 hari, alumunium 5 hari, kayu 4 hari, kertas 4-5 hari, plastik dan keramik 5 hari, lateks 8 hari, dan teflon 5 hari. Hal ini tentu semakin meresahkan, dan membuat OTG bisa menjadi ODP dalam waktu singkat.

ODP merupakan singkatan dari Orang Dalam Pemantauan, mereka yang memiliki gejala tapi masih bersifat ringan. Anak muda menjadi target yang pas dalam kategori ini, namun mereka tak sadar. Sejatinya ODP bisa diatasi dengan isolasi mandiri, menjaga kesehatan, meningkatkan imun, dan berusaha untuk tak menjadi carrier tentunya. Jangan sampai, status ODP berubah menjadi PDP atau Pasien Dalam Pengawasan setelah gejala yang timbul semakin parah, seperti demam disertai batuk dan sesak nafas hingga pneumonia ringan hingga berat dan harus berakhir dengan perawatan di rumah sakit. Corona dengan sangat jelas berucap “welcome to the team” ketika kita sampai di kategori ini.

Yakin Masih Mau Mudik?

Mengetahui hal di atas, seharusnya membuat kita berpikir berpuluh-puluh kali untuk mudik, di mana mobilitas manusia yang tinggi, khususnya Jakarta dan sekitarnya sebagai tempat dari banyak orang di seluruh Indonesia mencari rezeki, jelas membuat Covid-19 punya akses traveling, termasuk kampung halaman. Kalian yang merasa sehat, dengan santainya memutuskan untuk mudik, dan ternyata kalian adalah carrier, apa yang akan kalian lakukan?



Saya berpikir kalau mudik tahun ini seperti misi kemanusiaan. Menyelamatkan orang-orang yang kita cintai dari corona yang mungkin kita ajak bertemu sanak saudara. Saat di perjalanan, tanpa sadar virus menempel dan masih punya waktu untuk terus dekat dengan kita, atau mungkin sudah ada sejak kita memutuskan untuk mudik. Corona memang akan lelah sendiri ketika kita punya imun yang kuat, namun saat melakukan mudik, yang saya tahu, energi akan terkuras selama perjalanan dan membuat pertahanan tubuh kita lemah. Tanpa sadar kita membukakan pintu untuk Covid-19.

“Gue sehat, kok. Bersih dari Corona”, selamat! Berarti kalian masuk kategori OSN, Orang Suka Ngeyel, yang membuat Corona betah berlama-lama. Dan ketika kalian sampai di kampung halaman pun, kemungkinan besar kalian harus mengikuti prosedur yang berlaku, saya berharap semua wilayah akan tegas menerapkannya, di mana para pemudik harus mengisolasi/mengkaraktina dirinya selama 14 hari terlebih dahulu, setelah sampai di kampung halaman, sebelum bercanda ria dengan orang sekitar. Habislah waktu libur kalian, haha.


Masih bandel juga? Fix! Kalian masuk kategori OMB, Orang Masih Bandel, dengan resiko menularkan kepada mereka yang punya imun lemah, seperti orang yang sudah tua. Alasan utama mudik tentunya ingin bertemu dengan mereka yang sudah lama tak berjumpa, dan biasanya orang tua, ibu-bapak hingga nenek-kakek semua akan berkumpul dalam satu ruangan, saling bersilaturhami dan tanpa sadar ketika ada carrier corona di sana, maka virus dengan santainya bisa menunggu untuk menyerang.

Anak muda punya cukup waktu untuk mencapai tahapan kronis dari Covid-19, namun untuk mereka yang sudah tua dengan imun tubuh yang tak bekerja maksimal, ditambah penyakit yang diderita, tentu membuat corona dengan mudah menyerang. Sayangnya carrier tak bisa dicap sebagai pembunuh 'secara nyata' karena tak ada bukti yang kuat, sayang sekali bukan.


OMB juga akan menjadi penambah masalah bagi fasilitas kesehatan di daerah yang masih belum memadai untuk penanggulangan corona. Ia mungkin akan menjadi PDP, dan dibicarakan orang se-kampung, tak hanya sakit fisik tapi juga psikis. #TidakMudik dan #TidakPiknik, saya rasa saat ini adalah keputusan terbaik yang bisa kita pilih dalam menjalankan misi kemanusiaan, setidaknya untuk diri kita sendiri.

1 comment

  1. pas baru pertama diumumin 2 orang positif covid-19 di Indonesia, dalam hati langsung bergumam "ini mah bakalan banyak nih, cuma belum kedetect aja" dan saat itu langsung berpikir kayanya gak bakalan bisa mudik lebaran tahun ini.. Eh bener, sekarang udah keluar pengumumannya supaya ngga mudik. tiket yg dibeli pun udh direfund dari kemarin2,, gpp lah ramadhan dan lebaran kali ini suram, yg penting corona segera hilang..

    -Traveler Paruh Waktu

    ReplyDelete