Review Buku Millennial Power, Sebuah Panduan Untuk Mencapai Tujuan Hidup

   


   Don’t judge book by cover. Saya rasa adalah ungkapan yang pas untuk buku berjudul ‘Millenial Power’ karya Deddy Corbuzier dan Erik Ten Have. Pertama kali melihatnya di rak buku Gramedia beberapa waktu lalu, saya benar-benar tak ‘nafsu’ untuk membelinya. Desain cover yang berbanding terbalik dengan kata pertama di judul, saya rasa. Terlebih kalimat penegas judul, “Rahasia Milenial Kaya dan Mandiri”, yang terkesan semakin membuat buku ini memiliki pokok pembicaraan yang berat, dan sekedar menjual janji.

Harga Rp 135.000 yang tertera di bagian belakang buku rasanya semakin berat bagi saya. Kemudian kalimat “Kamu milenial? Kamu ingin menjadi kaya raya dan sukses? Tapi kamu belum yakin dengan kemampuan kamu? BUKU INI COCOK BUAT KAMU!” di bagian atasnya, membuat saya seakan berhadapan dengan agent MLM, yang saya pribadi agak malas untuk terlibat di dalamnya.

Namun, 15 menit kemudian saya seperti menelan ludah sendiri. Dan sebenarnya saya melakukan hal itu. Entah mengapa bisa pas. Seakan Deddy Corbuzier membaca pikiran saya, dan tiba-tiba hadir di depan saya bersama dengan Erik Ten Have. Ternyata, hari itu (8/2) adalah launching buku tersebut, yang membuat saya kepo untuk tahu lebih jauh akan isinya.

Tentang Buku Millenial Power!

Rasa penasaran dan ambiance di lokasi akhirnya menggerakan tangan saya. Kebetulan saat itu ada satu buku yang sudah dibuka plastiknya, jadi saya enggak perlu mengulangi kesalahan waktu SMP dulu, yang enggak sadar kalau itu tindak kejahatan. Hayo ngaku siapa yang pernah membuka plastik buku tapi enggak beli? Haha. Lembar pertama saya buka. Jujur lebih simple dari cover-nya. Dan saya cukup suka. Lembar merah dengan tulisan Passion for knowledge.

Buku Millennial Power adalah karya dari Deddy Corbuzier, yang sekarang lebih dikenal sebagai seorang YouTuber dan Motivator, dan juga Erik Ten Have seorang Enterpreneur dan juga Property Investor. Buku ini diterbitkan oleh Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Grmaedia) yang dibandrol dengan harga Rp 135.000, dengan tebal 224 halaman yang berisi 9 bab pokok pembahasan.


Setelah melewati Daftar Isi, barulah saya merasa ingin memiliki buku ini. Mungkin terlalu cepat, tapi setidaknya rasa ingin memiliki itu hadir, hehe. Saya melihat ada QR Code yang bisa dibilang membuat buku ini kekinian karena bisa dibilang mengajak pembaca untuk turut aktif, selain berimajinasi dan membayangkan untuk mencoba masuk ke dalam cerita di buku. Dan, QR Code yang bisa discan dengan smartphone kita ada di banyak bab, tak hanya satu, sehingga setelah membaca per-bab kita langsung diajak untuk turut aktif dengan cara yang modern. I love it.

Sejatinya saya masih ingin kepo dan terus membuak lembar demi lembar buku tersebut, tapi acara peluncuran nampaknya segera dimulai. Sudah ramai dan terlihat antrian. Saya pun berbegas agar dapat duduk tenang, dan tentunya mencoba berbaur dengan keramaian siang itu.

Kenapa Harus Buku Millenial Power?

”Kalau tidak beradaptasi, kita mati”, saya ingat sekali kalimat yang diucapkan Deddy Corbuzier. Yang baru saya sadari setelah beberapa hari membaca buku tersebut, ternyata itu adalah kalimat kunci, di mana buku ini bak pedoman untuk para milenial dalam mencapai kesuksesan di zaman yang semakin dinamis. Kita harus beradaptasi dengan kekuatan yang kita punya. Oh iya, jadi pada akhirnya saya pun memutuskan untuk memiliki buku ini, hehe, beneran berfaedah banget ternyata isinya.

Saya melihat bukti nyata bagaimana adaptasi menjadikan sebuah kunci kesuksesan seseorang, yaitu Sang Penulisnya sendiri, Deddy Corbuzier yang awalnya dikenal sebagai pesulap kemudian seiring perkembangan zaman menjadi presenter dan YouTuber (Saya mengenal beliau sebagai YouTuber lebih tepatnya), di sini saya melihat beliau mengikuti tren yang ada sehingga bisa terus eksis. Oh iya, saya pun merasa buku Millennial Power semakin terasa unik ketika sadar kalau kedua penulisnya bukan kaum milenial. Dan mungkin timbul pertanyaan, dari mana mereka tahu ‘power’ yang kaum muda itu miliki?


Memasuki Bab 1 dengan sebuah pertanyaan, “Sekolah, Penting Ya?”. Dengan ukuran tulisan yang tak terlalu kecil, bahkan terbilang pas di mata, kemudian jarak/spasi yang membuat nyaman, buku ini mengajak saya sebagai pembaca untuk berpikir kesekian kalinya akan anggapan terkait sekolah dengan sangat santai tapi ‘ngena’ banget. Buku ini juga menyajikan ilustrasi yang berwarna, i mean benar-benar berwarna, dan beberapa foto yang tak hitam-putih, sehingga kegiatan membaca kita lebih menyenangkan.

Kalau ditanya, Bab yang paling saya suka? Tentu jawabannya adalah Bab IV tentang Passion. Yang dibuka dengan kalimat “Kita semua selalu punya cukup waktu untuk membuat sesuatu yang hebat. Bila kita merasa tak sempat, berarti kita tak pandai mengatur prioritas” dari Erik Ten Have.

Saya rasa semua anak muda akan selalu antusias ketika membicarakan akan passion. Tapi apakah ‘passion’ yang dibicarakan itu benar-benar tepat, itu masalahnya. Banyak orang beranggapan kalau passion adalah hobi, suatu hal yang dengan senang hati dilakukan dan menciptakan kesenangan tersendiri, tapi kita harus ingat kalau itu bukan passion, hobi hanyalah hobi. Ada tembok pemisah yang dinamakan uang antar keduanya. Passion adalah sesuatu yang kita lakukan dan menghasilkan uang.

‘Lakukan hal yang benar-benar kamu cintai. Bila kamu ingin menjadi kaya, jadikan passion kamu sebagai prioritas. Dan kamu akan bangun pagi dengan keadaan senang karena melakukan pekerjaan yang kamu cintai. Great money always follows great work’ – Millennial Power, hal 81


JAWAB JUJUR!, kalimat ini akan kita lihat bersama dengan sebuah kolom dan pertanyaan di setiap bab. Dan jika kita benar masuk ke dalam rencana buku ini, maka kita akan menyiapkan alat tulis, kemudian menuliskan apa yang dipinta. Saat itu juga, kita sedang menggunakan power kita untuk berpikir dan menemukan jalan menuju sukses dari dalam diri kita.

Saya merasa, dan yakin, kalau kata ‘Millennial’ yang dipilih buku ini sebagai bagian dari judul punya maksud yang sangat luas, sehingga buku ini tak hanya pantas dibaca oleh anak muda saja, atau dibatasi umur tertentu, karena pada intinya adalah belajar beradaptasi, mengenal diri sendiri dengan sangat baik dan merencanakan dengan bijaksana.

‘Jika kamu sudah dapat menyusun rencana, itu artinya kamu sudah dalam setengah perjalanan menuju kesuksesan’, kalimat pembuka di awal Bab IX, bab terakhir yang dilengkapi dengan QR Code seperti di beberapa bab sebelumnya, dan ‘bisa saya bilang’ sebuah tamplate buku diary untuk kita yang akan membuat kita, sebagai pembaca, semakin mengenal diri dan yakin akan power yang kita miliki tanpa menutup mata akan kelemahan.


Millennial Power adalah buku ketiga yang saya sedang baca di tahun ini, dan saya merasa buku ini menjadi amunisi yang sangat tepat selagi saya berperang untuk mendapatkan apa yang saya inginkan. Di umur yang sudah lebih dari seperempat abad, saya merasa harus paham apa yang akan saya lakukan dan belum waktunya saya lakukan, bukan saatnya lagi untuk ‘liat nanti saja’.

2 comments

  1. kyaaa pengen banget ketemu om ded, kerennnnn :D

    ReplyDelete
  2. Fav ak bab 7, i don't have time to follow my passion berasa jleb bgt waktu dibilang jng nunggu mood dulu hehehehe......

    ReplyDelete