“Menyalahkan teknologi adalah tanda kita salah dalam pemanfaatannya,
apalagi soal meningkatnya angka diabetes, karena sejatinya semua orang punya
gen diabetes yang siap menjadi gerbang pembuka semua penyakit”
Hari itu adalah hari di mana timbul
pertanyaan, “Apakah nanti, saya akan seperti mereka?”. Ditemani angin dan
suara debur ombak, mata saya masih berkeliling, tak hanya menikmati sunset tapi berusaha mencari dan
memahami rahasia para turis yang sudah tua tapi masih bisa traveling menikmati
keindahan Pulau Bali. Dan saat itu juga, traveling
hingga tua menjadi harapan saya. Atau
dengan kata lain, saya tak ingin menyusahkan orang lain untuk melakukan hal
yang saya sukai.
Jawaban
pertanyaan tadi sebenarnya mudah. Saya sempat bertanya kepada teman saya, dan
meskipun jawabannya nyeleneh, tapi benar juga. “Lo bisa seperti mereka, asalkan masih
hidup sampai tua dan mampu”, katanya. Jawaban itu masuk ke otak besar dan nempel di ingatan hingga saat ini.
“Masih hidup sampai tua” adalah hal yang
enggak bisa saya tentukan. Sebagai orang beragama, saya percaya hal tersebut
sudah tertulis. Tapi “Mampu”, artinya
menjadi begitu luas, untuk mencapainya saya harus berusaha. Mampu, yang harus
dipikirkan bukan soal finansial saat traveling saja, tapi juga soal kesehatan yang saat ini
menjadi sulit diprediksi, terutama penyakit-penyakit tidak menular yang dipacu
oleh pola hidup yang kurang sehat, salah satunya penyakit diabetes, yang saya merasa sedang membangunkannya.
Apakah Kita Semua Prediabetes?
Siapa
sih yang enggak tahu penyakit diabetes? Saya rasa semua tahu, dan kalau tak tahu bisa mencari tahu,
penyakit ini dianggap sebagai mother of
diseases, penyakit yang menjadi pintu
gerbang semua penyakit-penyakit kronis.
“Manusia
memiliki yang namanya ‘Corong Sel’ yaitu insulin, dan pada penderita diabetes
insulinnya rusak, akhirnya gula darahnya tidak bisa masuk ke dalam sel, dan
numpuk di dalam darah. Gula yang ada di peredaran darah yang tinggi ini yang
akan menjadi diagnosis diabetes. Dan sel yang membutuhkan gula justru kelaparan,
tidak ada gula yang masuk, nah itu yang membuat organnya rusak”, kata Dr.Dante
Saksosno Harbuwono, SpPD-KEMD,PhD, Division
Metabolic-Endocrinology Department of Internal Medicine University of Indonesia.
Saya
bertemu Dr.Dante di acara Sun Life beberapa waktu lalu, dan
semakin membuka mata saya betapa pentingnya berkomunikasi dengan seorang ahli. Diabetes
saat ini tak hanya dianggap sebagai penyakit ‘keturunan’ atau dari faktor
geneitik saja, tapi sudah dianggap sebagai penyakit tidak menular yang
disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat. Makanya ancamannya menjadi semakin besar.
Dr.Dante Saksosno Harbuwono, SpPD-KEMD,PhD |
“Orang
diabetes itu bukan hari ini sehat, besoknya kena diabetes, tapi ada perjalanan
gula darah yang lambat laun semakin tinggi. Ritmenya: Normal – Prediabetes –
Diabetes”. Saat kalimat ini diucapkan oleh Dr.Dante, saya langsung
merasa termasuk ke dalam golongan Prediabetes,
yaitu orang yang belum terkena diabetes tapi mungkin akan menjadi diabetes
karena pola hidup yang dijalaninya sangat mendukung penyakit diabetes ‘timbul’
di dalam tubuhnya. Dan kalian harus tahu, jumlah orang Prediabetes akan lebih banyak dari
yang positif diabetes, 6 x lipatnya, kata Dr.Dante.
Prediabetes terjadi saat gula dalam aliran
darah sudah mulai menumpuk, lebih tinggi dari normal tapi belum cukup untuk
disebut diabetes, yaitu sekitar 100 – 140 mg/dL. Bagaimana caranya
mengetahuinya? Tentu dengan cek kesehatan. Sayangnya, budaya kesehatan di
Indonesia belum terlalu populer, kadang penentu penyakit diabetes saja hanya
dilihat dari silsilah keluarga saja. Misalnya
kalau salah satu orang tuanya diabetes maka anaknya 30% beresiko, kemudian
kalau ibunya kena diabetes sebelum umur 40 tahun, maka anaknya 50% beresiko
diabetes, dan jika keduanya orang tuanya diabetes maka anaknya 80% beresiko.
Tapi,
ada ciri-ciri yang bisa dilihat dari
orang yang termasuk Prediabetes diantaranya mudah lelah, haus terus, kencing
terus, mudah mengantuk, dan bawaannya lapar terus. Entah, kalian juga atau hanya saya saja yang merasa, tapi ciri-ciri
tersebut sudah terlihat di banyak orang, apalagi milenial. Contohnya pola
makan, rasa lapar yang hadir dalam waktu kurang dari 4 jam itu bukan karena
lapar tapi karena rasa ingin makan saja, karena faktanya masa pengosongan
lambung adalah 4 jam, dan semua itu justru karena promo dan cashback yang sayang untuk dilewatkan,
lapar mata, dan saat itu juga kita melupakan kandungan gula dalam makanan yang
punya batasan di tubuh kita.
Prediabetes akan menjadi Diabetes jika
terlambat diketahui, kini saatnya sadar diri dan mengontrol pola hidup,
karena faktanya semua orang punya resiko diabetes. “Tidak ada satu pun orang di
Indonesia yang tidak punya gen diabetes, tapi untungnya gen diabetes itu muncul
dalam tripel gen, muncul bareng-bareng”, kata Dr.Dante, intinya ada
pemicu yang menyebabkan insulin rusak, dan penyakit diabetes timbul. “Problem
diabetes bukan hanya soal angka gula darah, tetapi ini adalah dasar yang
membuat kita berhadapan dengan diabetes, kelaparan di dalam sel kebanjiran di
dalam darah”, dan itu dimulai dari kebiasaan Prediabetes.
“Tapi
kalau sudah terlanjur menjadi diabetes, dok?”, jawabannya, ya ubah pola
makan mulai sekarang, saat tahu, dan jangan kebanyakan berpikiran negatif.
Karena faktanya, “orang diabetes bisa sehat dan panjang umur seperti orang normal,
karena dia menjaga pola makannya”, tegas Dr.Dante.
Ayo Jadi Agent of Change Diabetes Melalui Virtual Charity Run Bersama Sun Life!
Tepat
di Hari Diabetes Sedunia tahun ini,
yang jatuh pada 14 Novermber 2019, Sun Life Indonesia semakin mempertegas
komitmennya dalam upaya melawan diabetes dengan mengadakan Virtual Charity Run, yang merupakan bagian dari kegiatan kampanye Live Healthier Lives. Di mana akan
ada 2 tim (1 tim terdiri dari 10 orang) yang dibentuk, dan masing-masing akan
dipimpin oleh brand ambasador Sun
Life Indonesia yaitu Ibnu Jamil dan Kelly Tandiono.
#TeamUpAganinstDiabetes adalah tema
yang diangkat dalam keseruan kali ini, nantinya mereka semua akan berlari
mengumpulkan kilometer yang hasilnya akan dikonversikan ke dalam rupiah, 1 KM =
Rp. 100.000, jadi intinya lari sambil donasi. Meet up pertama akan diselenggarakan pada 24 November 2019 di Car Free Day, Jakarta. Para peserta Virtual Charity Run juga berkesempatan
ikut dalam Sun Life Resolution Run di tahun depan, dan kalau berutung juga
diajak ke Vietnam bersama Ibnu & Kelly.
“Peran
kami adalah memberikan edukasi, wawasan, dan alasan pentingnya menjaga kesehatan”,
ujar Pak Kaiser Simanungkalit, selaku Vice President, Head of Branding &
Communication Sun Life Indonesia. Melalui Virtual Charity Run ini, Sun Life
berharap tugas mereka dalam hal edukasi dan membangkitkan empati terkait
diabetes terpenuhi.
Sejak
2012, 7 tahun lalu, secara global Sun Life sudah memerangi diabetes, karena
jika tidak dicegah, ini akan menjadi bahaya, dan Sun Life sangat peduli akan
hal ini, makanya Sun Life melakukan banyak kegiatan untuk mengajak masyarakat
ambil peran, menjadi agent of change, saling mengingatkan satu dan yang lainnya
soal menjaga kesehatan.
Ketika
seseorang terkena diabetes, maka yang ‘sakit’ tak hanya ia seorang, keluarga/orang
sekitarnya pun terkena dampaknya, dan secara tak langsung berpengaruh juga
terhadap perekonomian. Pada 2016 Sun Life membuat program, Team Up Againts
Diabetes, yang mengajak kita untuk sadar bahwa prediabetes dan penyakit
diabetes bisa terus dicegah melalui pola pikir hingga suport system, dan tentunya eksekusi. Sebagai perusahaan asuransi, Sun Life tentunya paham berapa biaya yang
dikeluarkan oleh orang yang terken apenyakit diabetes yang sudah parah.
Pak Kaiser Simanungkalit |
Melalui
Virtual Charity Run, donasi akan
diberikan ke lembaga/bagan yang punya impact
besar, yaitu RSCM, seperti tahun-tahun sebelumnya yang sudah rutin dilakukan,
dan salah satu wujudnya adalah pengadaan Klinik
Edukasi Diabetes yang punya pengaruh besar dan melahirkan banyak agent of
change sesama penderita diabetes.
“Dengan
adanya klinik eduksi diabetes, itu membuat kebutuhan obat akan dibetes menurun,
dan di dalamnya ada satu model yang sebelumnya belum pernah ada di dunia,
namanya Coaching Diabetes, di mana kita melatih orang untuk menjadi coach untuk
menyebarkan materi yang ia terima. Pengalaman yang dirasakan akan disebarkan
lagi kepada para penderita diabetes lainnya”, kata Dr.Dante.
Keren postingannya! pembahasannya menarik sekali..
ReplyDeleteSeru banget ya kak acaranya, next time kalau ada event ini sepertinya sayang untuk dilewatkan
ReplyDelete