Juguran Blogger 2019: Meet, Eat & Sleep

“Kebersamaan, ibarat sejumlah uang yang membuat saya bingung cara menghabiskannya. Terlebih ketika kembali ke alam dan tak menemukan sinyal”

Sampailah saya di Purwokerto. Daerah yang sudah lama terlintas di pikiran untuk saya kunjungi. Sejujurnya, otak ini selalu mencari alasan untuk ke sana. Bisa dibilang, ini hal terbodoh yang saya lakukan, dan menjadi penghambat saya enggak jadi-jadi buat traveling ke Purwokerto. Hingga akhirnya sebuah pesan mendarat mulus di email saya, dan menjadikan saya salah satu peserta di acara Juguran Blogger 2019.


   Liburan saya di Purwokerto pun dimulai. Jumat, Sekitar jam 10 pagi saya sampai di Stasiun Purwokerto dengan terik matahari yang langsung menyapa. Jujur, tak ada bayangan di pikiran saya akan keadaan daerah ini, hanya sering dengar namanya dan ingin sekali berkunjung. Juguran Blogger 2019 layaknya jacpot untuk saya explore Purwokerto tanpa nyasar, acara 2 tahun sekali yang digagas oleh Blogger Banyumas ini membuat saya tak perlu pusing membuat itinerary karena semua sudah direncanakan. Seperti judul tulisan ini, saya hanya tinggal meet, eat, & sleep saja!

Say “Hi” to Purwokerto

Tak hanya terik matahari yang hangatnya langsung terasa, keramahan Mas Pradna dan Mba Olip selaku ‘penggerak’ Blogger Banyumas terbilang melengkapi Grand Karlita Hotel dalam menjamu saya dan 18 Blogger lainnya yang akan menghabiskan weekend di Purwokerto. Saya rasa, kalau kalian ingin berlibur di Purwokerto dan sekitarnya bisa memilih hotel yang satu ini, Grand Karlita menjadi hotel berbintang 4 yang menawarkan view gunung, tak hanya satu bahkan 3, diantaranya Gunung Sumbing, Sindoro dan Gunung Slamet.


Tak banyak kegiatan untuk hari pertama saya di Purwokerto. Beneran disuruh istirahat, disuruh tidur, karena nampaknya besok akan sangat padat. Tapi, berhubung jiwa explore masih membara, dan Purwokerto sudah tersedia transportasi online, saya rasa menikmati malam (dan siang kalau masih sempat) adalah hal wajib, apalagi saya mulai suka dengan lalu lintas Purwokerto yang cukup rapih dan tak terlalu padat, serta banyak banget tempat nongkrong/cafe-cafe di sini.

Ngapain aja di Purwokerto?

1. Menelusuri Lorong Blothong, Banyumas
Singkat cerita, hari pun berganti. Tujuan pertama kami di Juguran Blogger 2019 adalah Lorong Blothong. Sebuah destinasi wisata yang membuka mata saya akan pentingnya ‘move on’ dari masyarakat sekitarnya. Lorong Blothong sendiri berada di Kalibagor, Banyumas, sehingga membuat kami harus keluar dari Purwokerto. “Loh, apa hubungannya Banyumas dan Purwokerto?”, jadi Purwokerto itu merupakan Ibu Kota dari Kabupaten Banyumas.

“Lorong Blothong dulunya menjadi saluran pembuangan limbah pabrik gula”, pernyataan itu langsung menyita perhatian saya. Pembuangan limbah? Tentunya perlu kerja keras untuk membersihkan dan menjadikannya aman sebagai lokasi wisata.  Lorong ini memiliki panjang 80 meter, lebar 2 meter, dan tinggi 1,5 meter. Beberapa orang mungkin agak sedikit nunduk untuk masuk ke lorong ini.


Pada maret 2019, warga sekitar lorong memiliki inisiatif untuk menghidupkan kembali jalur pembuangan limbah ini. Berhubung pabrik gulanya sudah tak beroperasi, maka tidak akan ada lagi limbah yang lewat lorong tersebut. Pembersihan pun dilakukan oleh warga Grumbul Jengkonang, Desa Kalibagor sehingga lorong tersebut menjadi objek wisata baru kalau main ke Banyumas. Untuk masuk ke Lorong Blothong kita tidak dikenakan HTM, alias gratis, namun ada sumbangan untuk pembersihan dan perawatan sebesar 5K.

Lorong Blothong menyediakan sendal untuk kalian yang menggunakan sepatu saat berkunjung, kenapa? karena lorong tersebut ada airnya, enggak dalem kok, paling semata kaki. Uniknya lagi, mereka juga menyediakan dan mewajibkan kita untuk menggunakan topi yang terbuat dari bola plastik yang dibelah, selain untuk keamanan saya rasa juga untuk hiburan, hehe. Dan selanjutnya, kita kita hanya perlu mengikuti rute lorong yang sudah dihiasi dengan lampu, sehingga enggak gelap, dan tambah menyenangkan.

2. Melukis di Payung Kertas Khas Banyumas
Satu hal lagi yang bisa kita lakukan di Desa Kaliibagor adalah  melukis, tapi bukan sembarang melukis karena medianya itu di payung kertas yang punya beberapa ukuran, ada yang besar dan kecil dengan harga mulai dari 40K per payung dan sudah termasuk dengan kuas dan cat nya. Dan setelah selesai dilukis, payung tersbeut bisa kita bawa pulang.


Keramahan penduduk sekitar semakin terasa saat saya duduk dan menikmati semilir angin sambil melukis payung. Saya berusaha keras mengeluarkan segenap kreatifitas. Rada malu sebenarnya karena diliatin anak-anak dan warga sekitar, hehe. Kok rame? Iya, bisa dibilang Desa Kalibagor ini seperti kampung wisata karena banyak sekali spot-spot foto yang dibuat seperti mural-mural, serta ada juga kola renang, dan permainan anak lainnya. Dan yang bikin saya semakin adalah banyak warung, jajanan anak kecil yang murah dan beragam.

Kalian tau lah yang mana buatan saya, haha

Makan Terus di Juguran Blogger 2019!

Mas Pradna sudah memperingati saya dan yang lain. “Juguran ini ya makan, tidur, pokoknya seneng-seneng aja”, ujarnya. Awalnya saya pikir itu candaan, setelah saya flashback ternyata benar, beberapa tempat mungkin belum saya ceritakan di post ini tapi secara garis besar, pertama kali sampai di Purwokerto saya diajak ke Rita SuperMal yang membuat kami bertanya, “Siapa Rita?”, untuk makan di Kangkung Bakar. Sampai di Grand Karlita kami disuguhkan Rammona Bakery and Brownies, yang kemudian dilanjutkan makan malam all you can eat di Gyudaq Japnese BBQ. Sekilas terbayang wajar, makan siang kemudian makan malam, namun porsinya itu loh yang bikin saya bersyukur banget ikut Juguran tahun ini.

Setelah bersenang-senang di Lorong Blothong dan melukis payung, kami melanjutkan perjalanan ke Resto Ikan Dewa untuk makan siang, tapi tak hanya sekedar makan, pemandangan di resto ini saya banget untuk dilewatkan. Selain melihat ikan-ikan dewa, hamparan sawah dan pegunungan pun bisa kita nikmati di sini. Dan jajanannya jangan lupa, pas banget buat oleh-oleh. Saya rasa cerita tentang resto ini akan saya buat terpisah karena pengetahuan tentang ikan dewa ini menarik banget!

Salah satu spot di Resto Ikan Dewa
Kenyang makan siang, kami langsung diajak untuk nyemil. Makan lagi intinya. Tapi, saya senang sekali part ini, ngopi-nyemil-ngobrol ngalor ngidul yang diakhiri dengan menanam pohon, semua terasa berfaedah menyambut datangnya sore. Namanya Lo.lana Cafe, yang lokasinya berada di tengah Kebun Kopi Langgong Sari. Lo.lana punya banyak jenis kopi, dan yang wajib banget kalian cobain kalau ke sini adalah Kopi Turkish nya, andalan dan juara banget nikmatnya. Dan yang paling saya suka, tak hanya kopi, namun ada banyak cemilan tradisional yang enak-enak banget seperti tempe mendoan yang bener-bener mendoan karena ‘lentur’ banget, disajikan di atas daun pisang beserta cocolan sambel kecap nya, pas banget dinikmati sambil melihat view kebon. Terus ada juga singkong yang pakai gula merah, lupa saya namanya, cemilan kecil saya dulu.



Di Lo.lana juga, selain ngopi dan makan kita diperbolehkan untuk menanam pohon kopi kita sendiri, disediakan kok sama mereka. Kemudian, juga ada berbagai oleh-oleh mulai dari gelang, kaos, dan tote bag yang dihias/gambar dengan teknik jiblak. Dan yang harus kalian tahu dan bangga adalah, cafe ini juga dijadikan semacam tempat kumpul berbagai komunitas, jadi jangan heran kalau kalian ke sini dan bertemu banyak komunitas, pas banget buat menambah teman.


Camping di Baturraden!

Masih bersama Nasmoco Purwokerto, Dealer Toyota yang bersedia mengatar kami explore Banyumas selama Juguran Blogger 2019. Selanjutnya kami menuju ke Baturraden Adventure Forest (BAF), ngapain di sini? Kami akan camping satu malam, dan besoknya bakal seru-seruan buat menikmati suasana pagi melihat view Gunung Slamet dan bodyrafting menelusuri sungai terdekat dan diakhiri dengan ‘uji adrenalin’ lompat dari ketinggian 3 meter. And i did it!


Saya rasa kami semua mengeluh. Seketika sinyal hilang, sekalipun ada hanya tipu-tipu, tak ada chat masuk dan tak bisa browsing, smartphone mulai tak berguna dari sisi konektifitas, sisi baiknya kami semua akan semakin dekat di acara ini. Ini kedua kalinya saya camping di tahun ini, sebelumnya di Ranca Upas yang alhamdulillah masih ada sinyal, hehe.


BAF sudah menghipnotis sejak kami datang, sejak mata saya mulai menjelajah sekitar, sejak telinga ini mulai peka dengan suara aliran sungai dan bunyi jangkrik yang bermunculan, dan sejak hawa dingin mulai meyerang badan. Rasa ingin cepat-cepat masuk tenda, atau menghangatkan diri di tengah api unggun. Cerita lengkap tentang BAF akan saya post segera ya....

See you next post!


2 comments