“Untuk pecinta serial televisi Preman Pensiun, film ini wajib untuk
disaksikan. ‘Naik kelas’ kalau kata saya. Konsistensi para pemainnya ‘mungkin’
harus diacungi jempol. Karya terbaru dari MNC Pictures yang satu ini juga
menampilkan hal baru yang membuat saya bertahan menontonnya”
Tidak ada bayangan sama sekali
jalan ceritanya bagaimana. Jujur, pengetahuan
saya sangat cetek untuk serial ini, hanya nonton sekilas, yang jelas saya tahu serial
Preman Pensiun pernah ada dan tayang di TV, tepatnya 3 tahun lalu, dan berhasil
mencuri perhatian masyarakat Indonesia dengan total 120 eposidenya, info ini
pun saya tahu dari google, hehe. Cukup
lama saya berdiri di depan poster film Preman Pensiun. Bisa dibilang, Epicentrum XXI – Jakarta milik MNC Pictures, selaku
rumah produksi film yang dipastikan tayang 17 Januari mendatang kala itu. Semua poster film ini!
Poster film ini cukup menarik
perhatian saya, terutama warnanya. Namun untuk para pemainnya, saya hanya kenal
yang paling depan, yaitu Epy Kusnandar, meskipun ada banyak nama yang terpampang
di poster karya Angga Bhaskara dan Faisal Akbar tersebut. Bagi orang yang
sering, suka, atau setidaknya nonton serial Preman Pensiun lebih dari 3 kali
mungkin akan hafal siapa saja orang yang ada di poster. Kemungkinan besar nama karakternya, bukan nama aslinya, dan langsung berkata
“Eh ada dia lagi”. Satu kekuatan bagi film ini adalah, 'nampaknya' semua tokoh sudah punya ciri khas tersendiri.
Mengambil judul yang sama dengan
serial di TV, Film Preman Pensiun langsung membuat saya berpikir, ‘ini sebuah film apresiasi’ untuk para
pemainnya. Terlebih ketika saya tahu kalau ide cerita, skenario, dan sutradara masih
dari orang yang sama, yaitu Aris Nugraha. Film
ini seraya berkata, “kami satu paket”.
Tapi film ini jelas tampil lebih serius ketika saya mulai diajak masuk
menikmati tata kamera dan artistiknya.
Film Preman Pensiun sejatinya
adalah lanjutan dari apa yang terjadi di serial TV, sehingga jangan kaget jika
akting para pemainnya sama saja. Ini
menurut saya loh ya, ketika saya mencoba menginggat serpihan tentang preman
pensiun di kepala saya. Atau mungkin
lebih serius bagi kalian yang tahu dan paham betul karena tak pernah melewatkan
satu episodenya. Tapi, bisa jadi hal tersebut adalah sisi 'baik' dari film
ini, karena terbilang konsisten dalam melengkapi sebuah cerita yang notabenenya 'lanjutan'. Dan tentunya, secara tak langsung membuat Aryo Setiawan selaku penata
rias dan busana dalam film ini juga bekerja sangat baik, karena look para tokoh di film juga sama dengan serialnya.
Yang paling saya kagumi adalah
kerja keras dari Gunung Nusa Pelita dan timnya, selaku penata kamera di film
Preman Pensiun, yang menjadikan keutuhan cerita ini ‘naik kelas’ dengan benar.
Dari sudut pengambilan gambarnya, beberapa adegan film ini terasa sangat
dramatis dan pas di mata saya sebagai penonton. Saya suka adegan fightingnya, adegan saat tokoh Muslihat (Epy
Kusnandar) dan Istri melihat anaknya pergi dengan pacarnya, serta adegan para ex
preman suruhan Muslihat yang mengancam pacar anaknya.
Melengkapi keseriusan tata kamera dalam film ini, penataan artistik dari Andromedha Pradana juga tak boleh diabaikan.
Detail propertinya cukup berpengaruh dalam film, menjadi banyak adegan
bercerita dengan sendirinya. Meskipun kadang
terdistrak dengan potongan-potongan dialog yang sangat bekerja keras menghibur
penonton, khususnya saya. Peran Adi Siswanto dalam memberikan visual efek
juga ‘bisa jadi’ memuaskan untuk film ini. Saya
enggak tahu pastinya, yang jelas di mata saya dalam film ini, bayangan, sinar
matahari yang masuk lewat jendela, dan asap-asap makanan serta asap motor yang terlihat bergitu 'indah' dan pas. Entah itu asli atau efek.
Seperti yang saya bilang di awal.
Saya menyaksikan film Preman Pensiun duluan,
karena film ini sebenarnya akan tayang tanggal 17 Januari 2019. Salah satu
kelebihan untuk saya, saya bisa tahu alasan mengapa beberapa kelemahan dalam
film ini (yang menurut saya) terjadi karena berkesempatan juga mengikuti press conferencenya. Kekuatan dialog yang
masih terbilang ‘biasa banget’, receh, dan enggak lucu untuk saya. Entah untuk kalian pecinta Preman Pensiun
bagaimana, nonton aja nanti. Dan info yang saya dapat, skenario film ini baru ada
14 hari sebelum jadwal syuting. Waw, Pak Aris tentu sangat bekerja keras dalam
hal ini, yang kemudian diikuti para pemainnya.
Sepanjang film ini, saya juga
dibuat kangen dengan Bandung, mulai dari dialog hingga lokasi film yang 100% di bumi pasundan. Ditambah
alunan musik sunda yang membuat beberapa scene terasa sangat nyaman. Saya
sempat ingin melupakan jalannya cerita yang tak tahu ke mana arahnya, dan
ujungnya, karena terlalu banyak masalah yang ingin diangkat atau ditampilkan
bahkan hingga akhirnya pun masih membuat saya bertanya-tanya. “Bisa
jadi ada lanjutannya yang lebih seru”. Untuk kategori serial, mungkin
formula tersebut cocok, tapi untuk film saya rasa tidak.
Tak sampai 2 jam. Secara
keseluruhan, film Preman Pensiun ini cukup menyegarkan pikiran dan memanjakan
mata dengan color grading yang bagus. Setidaknya di mata saya, film ini memilih
kombinasi warna seperti feed-feed instagram yang kekinian, dengan warna redup
yang nyaman di mata, dan ketika dikombinasikan dengan tata artistik, serta sudut
pengambilan gambar yang pas, film ini menjadi lebih memiliki efek cinematik yang
membuat MNC Pictures kembali menemukan ‘ramuan rahasia’ dalam membaut sebuah
karya.
Saya masih ingat ketika film Mars Met Venus hadir, saya suka sekali
bagaimana film tersebut membangun cerita dari dua sisi. Kemudian Meet Me After
Sunset dengan permainan warna dan efek yang membuat ceria. MNC Pictures
punya ciri khas ketika film itu tayang, dan berharap tanggal 17 Januari
mendatang ‘ciri khas’ yang saya lihat dalam film Preman Pensiun juga bisa
menarik hati penonton. Amin.
The cast is what impresses me the most, I heard from my friends that these actors are professionals and their play is awesome.
ReplyDelete