“Jangan minum menunggu haus”,
sebenarnya kalimat itu yang tak saya mengerti.
Imagine all the girls. Ah, Ah, Ah, Ah, Ah, Ah. And the boys. Ah, Ah, Ah, Ah, Ah, Ah. And the strings. Eee, eee, eee, eee... Lagu
itu masih rutin berputar tiap kali saya membeli Mizone. Be one hundred percent,
kalau kata iklannya yang seakan menghipnotis saya untuk kembali bersemangat
setelah meminumnya. Yap! Saya bisa dikategorikan ‘korban iklan’ ketika ditanya
apa minuman kesukaaan. Mizone menjadi
pilihan utama saya, kecuali jika mizonenya baru dimasukan ke pendingin, hehe.
Saat berkunjung ke Gorontalo dua bulan lalu, saya semakin sadar betapa
pentingnya asupan gizi yang seimbang untuk masa pertumbuhan, dan kemudian
diimbangi dengan aktivitas fisik seiring bertambahnya umur seseorang. Saya belajar dari anak SD di sana, sambil mengenang betapa berfungsinya ompreng
atau tempat makan yang sering disediakan Ibu saya sebelum berangkat sekolah,
kotak-kotak di ompreng fungsinya lebih dari sekedar pembatas nasi dan lauk. Saya belajar tentang ‘Isi Piringku’,
program pelengkap dari Kemenkes RI yang merupakan pedoman untuk lebih detail
membahas presentase 4 sehat 5 sempurna, yaitu 2/3 karbohidrat, 1/3 protein, dan
1/2 sayur dan buah.
Sebenarnya, sejak dahulu saya mungkin
sudah tahu bagaimana menyeimbangkan gizi yang benar, belajar dari orang tua di
rumah, namun berkembangkan gaya hidup membuat semua hal yang saya tahu menjadi
terlupakan, saya pura-pura lupa karena makanan cepat saji lebih praktis dalam
segala hal. Semasa kecil, saya sudah
mengenal McD, suka banget malahan, namun orang tua saya hanya mengizinkan
sebulan sekali, belum punya uang untuk beli sih lebih tepatnya. Kalau sekarang, ada promo dikit aja langsung
antri, haha.
Gaya hidup kita saat ini yang mempengaruhi kesehatan kita. Intinya sih begitu. Hal yang kembali
diingatkan oleh Profesor Ujang Sumarwan, kemarin, saat saya hadir di acara Hydration
Talk yang diselenggrakan oleh Danone Indonesia dalam misinya memberikan nutrisi
sehat untuk sebanyak mungkin orang. Dan saat itu, bukan lagi membicarakan soal
makanan, melainkan soal minuman yang ternyata punya andil cukup besar dalam
membuat sesorang gemuk atau terkena penyakit tidak menular karena kandungan
yang ada di dalamnya. Pernah enggak sih
kalian sadar akan hal itu?
Pola Minum, Cek di Label Kemasan!
Saya tahu ada label yang memberikan informasi kemasan gizi dan ‘info
menarik’ lainnya di air minum kemasan yang saya minum, tapi saya termasuk orang
yang tak peduli, yang ujung-ujungnya kembali tersugesti karena iklan, hehe.
8 Gelas atau sekitar 2 hingga 2,7 liter air sehari (tergantung umur
dan aktivitas) adalah jumlah yang kita butuhkan agar tubuh tak mengalami
dehidrasi, yang kemudian menyebabkan mulut kita kering, mudah ngantuk, lelah,
cemas, konsentrasi berkurang, dan daya ingat menurun, hingga hal yang paling
bisakita rasakan adalah saat urin yang kita keluarkan sedikit.
Saya enggak akan main-main lagi
soal air. Dulu, kalau haus saya berusaha
tahan karena saya mau yang dingin dan bla bla bla, berbagai alasan ada ajah.
Sekarang saya harus minum sebelum haus.
Seperti kata Profesor, “Jangan minum
menunggu haus”, yang pada awalnya saya enggak ngerti sama sekali. Air dalam tubuh kita harus diperhatikan
karena air menjadi landasan proses metabolisme yang ada di tubuh kita. Ini baru membicarakan segala jenis air ya,
asalkan sehat dan halal.
Kembali membicarakan gaya hidup. Tak hanya saya, kalian pasti juga merasa ada
yang kurang di mulut kalau sehari saja tak minum yang ada rasanya. Tiap
hari, saya pasti beli air kemasan, atau ketika makan di resto pasti minumnya es
teh manis. Padahal, di piring saja sudah banyak gula yang siap masuk ke tubuh. Solusi
terbaik adalah mengikuti program Isi Piringku, dan membawa air putih sendiri di
tumbler. Tapi, seberapa bisa hal itu
terus dilakukan? Saya pribadi belum bisa, hiks.
Mungkin butuh waktu, dan harus melalui beberapa proses yang salah
satunya adalah membiasakan membaca label informasi pada air kemasan. Kalau soal makanan, sudah ada bayangan dong
tadi, 2/3 karbohidrat, 1/3 protein, dan 1/2 sayur dan buah, info karbohidrat
dan protein apa saja bisa kalian cek di google yaaaak. Minuman yang baik,
tentu adanya label yang berisi informasi nilai gizi, dan pastikan juga ada no
BPOM dan label halalnya. Eh, saya pernah
nulis kok cara jadi konsumen cerdas dengan mengenali produk-produk yang baik,
bisa kalian baca di
sini.
Katika sudah mulai notice label tersebut, kita akan semakin
kepo dengan anjuran Kemenkes soal takaran gula, garam, dan lemak. Dan usahakan diingat dengan rumus G4, G1,
dan L5. Artinya kita butuh asupan takaran gula sebanyak 4 sendok makan (50
gram), garam sebanyak 1 sendok teh (5 gram), dan lemak sejumlah 5 sendok makan
(67 gram) setiap harinya. Ketida asupan itu harus dijaga, karena jika
berlebihan akan berpotensi menimbulkan penyakit tidak menular seperti,
hipertensi, stroke, diabetes, dan serangan jantung.
Sudah terbayang betapa pentingnya
untuk tahu apa saja yang harus masuk ke tubuh? Untuk minum air, jangan tunggu sampai haus! Karena jika sudah haus
berarti tubuh kita sudah kekurangan cairan dan akan menyebabkan dehidrasi. Dan untuk minuman kemasan yang memiliki rasa,
jangan lupa untuk cek kelengkapan informasi labelnya, pahami cocok atau
tidaknya untuk tubuh, jangan sampai isinya gula semua karena akan semakin
membuat diabetes dekat dengan tubuh. Ingat! Prilaku akan menentukan kesehatan,
dan jika bukan kita sendiri yang peduli, siapa lagi?
Samaaaaa. Tapi gwa pokonya milih yg dingin terlebih dahulu, wkwkw
ReplyDelete