Sisi 'Baik' SKM?

Anak 90an pasti tahu iklan-iklan susu yang belakangan ini ternyata bukan susu. ‘Susu yang kuminum, bukan susu ternyata’ kira-kira judulnya kalau jadi sinema di Indosi*r, haha. Saya ingat waktu kecil dulu, saya menyaksikan iklan tersebut dan ingin sekali merasakan kebahagiaan setelah minum susu, persis seperti di iklan. Selanjutnya, tentu tugas orang yang menentukan kebahagiaan tersebut, dibeliin atau tidak. Dari sini saya ingat dan melihat bahwa orangtua punya tanggung jawab besar mengenai masalah yang belakangan ini hangat diperbincangkan.


   SKM BUKAN SUSU. Bahkan sekarang banyak yang bilang kalau SKM itu singkatan dari Sirup Kental Manis, atau diganti namanya menjadi KKM, Krim Kental Manis. Alasannya? Tentu karena kandungan gula yang ada di dalamnya lebih dari 50%, dan hanya 8% kandungan yang dinyatakan susu. Jika dikonsumsi, tentu menyebabkan kadar gula tinggi dan berlebih, apalagi untuk anak kecil yang nantinya bisa mengakibatkan diabetes pada usia dini. Cirinya? Gemuk dengan pola makan yang tak tentu serta mengalami karies gigi.

Tubuh kita sebenarnya sudah memiliki keseimbangannya sendiri. Ada takaran makanan yang sudah diukur oleh Sang Pencipta sehingga jika berlebihan justru akan membahayakan. Misalnya pada kandungan gula, untuk orang dewasa sebenarnya hanya 50 gram saja dalam mengkonsumsi gula, sekitar 5-7 sendok teh perharinya. Sedangkan untuk balita hanya 35 gram, atau setara 3 sendok makan. Jika berlebih maka insulin dalam tubuh akan bekerja terlalu keras, dan jika masih tersisi akan disimpan dalam tubuh, dan menjadi pangkal penyakit.

Dan kembali, pilihan sehat orang dewasa ada di tangan kita masing-masing, namun untuk balita tentunya ada di orang tua. Perlu adanya penggerak yang memulai untuk menumbuhkan kesadaran para orang tua untuk menjadi cerdas. Paham akan fungsi label kandungan, informasi gizi, serta pesan kesehatan yang ada di tiap kemasan produk sebagai informasi penting, sesuai permenkes No. 63/2015. Kecil banget tulisannya? Ya, kalau gede namanya baliho!


Sebagai wujud nyata pergerakan orang tua cerdas, pada 30 Juli 2018 dilakukan penandatanganan kerjasama Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslihat NU) bersama Yayasan Abhipraya Insan Cedikia Indonesia (YAICI) untuk sama-sama melakukan banyak edukasi terhadap masyarakat dalam penggunaan SKM yang sewajarnya, bijak, dan mungkin tepat.


Dalam hal ini pula, BPOM juga sudah mengeluarkan banyak aplikasi serta hot line jika kita sebagai  konsumen merasa bingung akan informasi yang dilihat soal makanan, minuman, atau produk olahan apapun yang beredar di masyarakat (bisa kalian cek di sini). Banyak jalan menuju kesehatan, pilihannya kita mau nyari tahu atau tidak.

Terus SKM Buat Apa Sih?

Hal dasar yang harus diingat adalah ciri dari SKM itu sendiri, Susu Kental Manis memiliki ciri tekstur yang kental (akibat proses pemanasan pada suhu tinggi sehingga kadar airnya hilang, dan warnanya agak kecoklatan serta rasa yang teramat manis. Sedangkan susu yang baik adalah susu yang cair dan tidak bertahan lama setelah dibuka kemasannya.

"Susu Kental manis tidak disarankan untuk balita, SKM hanya untuk toping, untuk pelengkap makanan saja dan tidak dikonsumsi dalam bentuk tunggal" tegas Dr. Mauizzati Purba, Apt, M.Kes selaku Direktur Standarisasi Pangan Olahan BPOM. Melalui kalimat ini, tentunya sudah jelas bahwa SKM memiliki fungsinya tersendiri, sebagai toping makanan atau minuman yang bisa dikreasikan oleh para orang tua.


Seperti yang dilakukan ibu-ibu dari PP Muslimat NU, bersamaan dengan acara penandatanganan juga diadakan lomba kreasi makanan menggunakan SKM, hal ini jelas memberikan contoh dalam pemanfaatan SKM yang sewajarnya. Ada yang digunakan untuk puding, pan cake, roti, es buah, dan makanan lainnya. Yang jelas bukan untuk minuman anak sebelum tidur!





No comments