Setapak Kenyamanan Dalam Sebuah Kenangan

“Dunia bukanlah pabrik pengabul permintaan” kata August Waters, dalam film The Fault in Our Stars (2014). Kalimat yang saya ingat dan sadari saat menatap indahnya laut di Pulau Padar. “Bisakah saya melihat pemandangan seperti ini setiap hari?”. Tentu tidak, Jakarta sudah memanggil, blog saya sudah haus akan informasi baru yang tak mungkin terisi dengan sendirinya. Dengan berat hati, saya benarkan ucapan August, dengan sedikit tambahan kalau dunia juga pabrik pembuat kenangan. Khususnya kenangan indah yang ingin sekali saya ingat.


   Telkom Craft Indonesia, dengan tema Local Heroes to Global Champions seakan menjadikan saya juri pagi itu. Juri publik lebih tepatnya. Lebih dari 400 UKM dengan ribuan produk berlomba-lomba menunjukan performa terbaiknya, mulai dari kualitas, harga, sejarah produk, hingga penampilan ‘lapak jualan’ mereka yang dibuat se-unik mungkin agar menarik perhatian. Tak salah jika saya menyebut acara yang digagas oleh BLANJA.com dan bekerjasama dengan Telkom Indonesia ini sebagai sebuah Pameran Seni Indonesia, bukan sekedar ajang tampil produk UKM saja.

Saat berlibur ke Labuan Bajo beberapa waktu lalu, saya ‘tumben’ sekali ingin membeli kain khasnya. Mungkin karena ingin foto kekinian gitu, hehe. Saya suka motif dan warnanya, bahakan saya suka sekali cara mereka menghipnotis saya untuk membelinya, ramah banget, dengan menunggu saya selesai makan dan tidak tiba-tiba mengganggu, padahal saya makan di pinggir jalan. Receh sih ya, tapi biasanya penjual tuh tiba-tiba nawarin gitu, ganggu konsentrasi makan, huft.

Dengan senyuman dan tumpukan kain di kedua tangannya, penjual itu langsung mengeluarkan kalimat ajaib bak matra hipnotis. “Ini motif khas Flores, coba dulu, coba, 300 saja”, dengan logat orang timur tentunya. Gak ribet, saya memikirkan proses jual-beli yang ringkes dan cepet di mata saya, langsung tahu harganya tanpa harus bertanya panjang lebar. Untuk sebagian orang, bahkan kebanyakan millenial, tawar-menawar adalah hal yang bikin males. Jujur, saya jarang beli oleh-oleh (selain makanan) karena males nawar, dan kalau belinya di toko souvenir pasti mahal, hehe.

Mba Las, penenun asal Badui
Telkom Craft yang diadakan di Hall A dan B Jakarta Convention Center, pada 22-25 Maret 2017 lalu sukses membawa kembali kenangan indah saya akan oleh-oleh khas Flores tersebut. FYI nih, pas pulang dari Bajo, banyak yang nitip oleh-oleh gitu, tapi berhubung no money, jadi ya gak dibeliin. Dan Telcom Craft ini jadi solusinya banget. Saya suruh aja teman-teman saya untuk dateng, lihat dan beli, daripada nungguin saya balik ke Bajo lagi, haha.



Oh iya, kenapa sih saya menyebut event ini sebagai Pameran Seni Indonesia? Bayangin aja nih ya, jadi baru masuk ke Telkom Craft ini, saya langsung disambut sama Mba Las, beliau penenun asli Badui yang sedang sibuk dengan alat tenunnya. Kemudian jalan sedikit, banyak penampakan kain khas daerah timur Indonesia, beserta sejarahnya gitu. Terus, semakin masuk ke dalam hall, makin banyak banget produk-produk UKM yang gak hanya dari pulau Jawa, tapi dari seluruh Indonesia, dan seperti yang saya bilang tadi, para penjualnya juga sangat terbuka loh untuk ditanya-tanya tentang produk tersebut, dan ramah banget. Kalau kalian penasaran, bisa loh nonton vlog saya saat ke Telkom Craft kemarin.....


UKM Asli Indonesia Goes to Online! Perlukah?

Masih berkeliling pameran dengan sesekali berhenti dan kepo akan produk UKM Asli Indonesia yang unik dan tertangkap mata. Jujur, ada satu lagi sih yang bikin betah berkeliling, apalagi kalau ke deretan food, ada banyak tester cemilan gitu, gratis, haha. Karena Telkom Craft 2018 ini tak hanya menampilkan kain-kain saja, meskipun fokus yang ingin diangkat dari penyelenggraan keduanya ini adalah Tenun Nusantara, tapi juga ada makanan khas beberapa daerah yang dikreasikan dengan sangat menarik, kekinian banget deh. Berbagai penampilan menarik seperti tarian daerah hingga penampilan penyanyi papan atas tanah air juga ada loh di acara ini, itu juga sih yang membuat saya betah berlama-lama.


Ada tarian dan spot bermain zaman dulu gitu, seru banget deh event yang ini, bikin saya mengenang masa kecil gitu...
Dan buat kalian gak sempat datang ke Telkom Craft gak perlu sedih, karena saat ini mereka sudah ada di genggaman kita. Tinggal download aja aplikasi BLANJA.com di Google Play dan App Store, simple. Kita harus sadar kalau saat ini kita hidup di Industri 4.0, era digital yang jika dimanfaatkan dengan benar akan sangat mempermudah. Seperti yang dilakukan BLANJA.com, menggiring UKM masuk ke dunia digital untuk mempermudah pendistribusian dan memperluas pasar.


Saya jadi ingat ucapan Pak Aulia Ersyah Marianto, selaku CEO BLANJA.com. “Online adalah salah satu cara untuk melakukan pemasaran lebih luas”, dan saya setuju banget, sekarang kita gak perlu ke Bandung untuk membeli sepatu merek BRO.DO yang terkenal dengan ukurannya yang besar-besar, karena beberapa orang yang ukuran kakinya besar sulit mencari sepatu loh, jarang ada yang jual, haha. Dan online membuat kita tinggal klik-bayar-tunggu.

Bapak Aulia Ersyah Marinto - Bapak Mamo - Mas Yukka
“Jika ingin menumbuhkan bisnis kita, satu-satunya cara untuk menjangkau pasar lebih luas, target market lebih luas, user yang secara targeted, dan promosi yang lebih efisien dan efektif itu harus dilakukan secara digital, dan BLANJA.com hadir sebagai solusi, salah satunya”, lanjut Pak Aulia. Dan tentunya, dalam prakteknya UKM juga harus ikut terlibat secara mendalam, bahkan bisa dibilang itu tantangannya. Menurut Pak Aulia juga, UKM harus memiliki pengetahuan yang cukup, kemudian kemandirian digital, dan giat menghadirkan Inovasi yang membuat produknya menjadi dikenal, buat produk yang lebih beragam juga jangan lupa.




BLANJA.com mengajarkan bagaimana membuat foto yang menarik hingga deskripsi yang pas untuk penjualan online. Tapi, ada satu lagi nih, saya merasa kartu nama juga butuh dibuat semenarik mungkin, juga kombinasi warna dan huruf yang pas.
Tapi, online dan offline bisa diibaratkan sepasang rel kereta. Harus diseimbangkan. Mungkin kita bisa belajar dari yang dilakukan Pak Mamo, pemilik bisnis Salawaseh, brand tas khas kota Solo. “Kami gak harus 100% online, karena banyak orang yang ingin merasakan jahitan dan teksturnya, pendekatan personal, yang bisa menjalin loyalitas juga”, bahkan beliau beranggapan bahwa offline, seperti pameran Telkom Craft ini, juga sangat membantu dalam bisnisnya ke depan, menjadi ajang networking. “Karena pameran tak selamanya tentang omzet, tapi ada networking di dalamnya”.




Bamboo Studio, Local Heroes di Mata Saya!

Kaus Kaki, benda ini yang berhasil membuat saya kepo tingkat tinggi. Entah kenapa, belakangan saya suka sekali dengan kaus kaki, dan stand Bamboo Studio berhasil membuat saya berhenti dan banyak bertanya tentunya. Awalnya saya pikir kaus kaki tersebut produk China, tapi saya salah, semua bahan dan proses produksi ada di Bandung. Dan saat saya menyentuhnya, ampun, lembut banget, struktur seratnya tuh beda gitu, dan lebih hangat.


“Bahannya dari bambu tali atau bambu apus yang banyak di Indonesia, dipotong kecil-kecil kemudian dicacah, dan diancurin” kata si Penjual. “Setelah itu direndam dengan enzim untuk mengurai serat-seratnya, kemudian kita pisahkan, dan kita pintal ke benang, dan dijadikan kaus kaki, dan produk lainnya, untuk kaus kaki harganya 75k” lanjutnya.


Jadi ingat, dulu waktu kecil tuh kalau lewat pohon bambu pasti lari, kabur ketakutan. Dan sekarang semakin tahu kalau bambu gak hanya digunakan buat tiang pas 17an aja, atau bale di teras rumah, tapi bisa membantu bikin kaki sehat. Semacam perawatan gitu. Produk kaus kaki dari Bamboo Studio ini punya banyak keunggulan loh, diantaranya :
  • Sebagai Anti Bakteri Alami. Karena mengandung Penny Quinone yang ada di dalam batang bambu. Dan kerennya lagi, meskipun dicuci berkali-kali, gak akan menghilangkan sifat anti banterinya gitu.
  • Menghilangkau Bau. Struktur pori-pori serat bambu yang digunakan produk UKM Asli Bandung ini dapat menyerap formaldehyde, toluene, dan ammonia loh, sehingga bhay deh buat bau kaki. Wajib banget punya nih, kan tengsin kalau di tempat umum bau kaki, apalagi millenial yang dinamis, gerak sana-sini, haha.
  • Daya Serap Keringat. Kalian tau dong pastinya kalau kapilaritas serat bambu itu sangat tinggi dan dapat dengan mudah menyerap dan menguapkan air, dan daya sirkulasi udaranya 3,5 lipat dibandingkan katun loh, jadi lebih menyerap keringat gitu, gak bikin gerah.
  • Efek Anti Ultra Violet. Daya tembus ultra violet di serta bambu hanya 0.6 %, sehingga serat bambu mampu menahan efek panas radiasi. Duhhh, kalau lari pagi, gak bakal kepanasan lagi deh telapak kaki kita, di kota-kota besar kadang pagi hari itu udah panas loh, hehe.
  • Lebih Sehat dan Nyaman Dipakai. Dari semua kandungan dan fakta tentang serat bambu di atas, tentu kesimpulannya adalah produk UKM ini menjanjikan banget! Salah satunya juga, Asam amino yang ada di serat bambu nyatanya juga dibutuhkan oleh tubuh demi menjaga kelembaban kulit. Selain itu, kepadatan anion pada serat bambu juga membuat kaus kaki ini ‘unik’, ngerti musim untuk kaki kita, jadi kalau musik panas menyejukan, kalau musim dingin menghangatkan. Gokil gak tuh!!!

Saya merasa pemanfaatan seperti ini justru butuh banget hadir dan disounding agar masyarakat tahu, atau mungkin termotivasi untuk ikut berinovasi, karena coba pikir deh, ini dari bambu loh yang ‘kadang’ menyeramkan gitu, haha. Eh, kalian semakin kepo gak sih sama Bamboo Studio? Atau produk UKM Asli Indonesia lainnya gitu? Sekali lagi nih! Langsung aja download aplikasi BLANJA.com di Google Play dan App Store smartphone kalian secara gratis, atau buka aja BLANJA.com sekarang juga! Buruannnn, mumpung lagi banyak diskon loh.....



2 comments

  1. wah, inovasi yg keren dari bambu bisa jadi kain pengganti kapas yg udah mulai jarang ya

    ReplyDelete