Peduli TBC, Bukan Mengotak-ngotakan!

Menarik! Saya pribadi semakin suka dengan banyaknya kampanye kesehatan belakangan ini. Salah satunya tentang Tuberkulosis (TBC) yang sedang gencar disuarakan, bahkan menggandeng beberapa orang ‘terkenal’ seperti Reza Rahadian dan Vino G Bastian, siapa sih yang gak kenal mereka. “Saya peduli, makanya saya sebarkah kisah!” seperti itulah caption yang saya lihat di akun instagram pemeran Wiro Sableng itu. Misi yang sama dengan Kementrian Kesehatan saat ini, yang sedang bekerja keras membentuk mindset penderita TBC untuk mau ‘terbuka’ dan melakukan pengobatan.


   “Persoalan pertama adalah bagaimana menemukannya, persoalan kedua adalah bagaimana yang sudah ditemukan dilakukan pengobatan secara teratur, dan yang bersangkutan mau meminum obat secara teratur”, ujar Dr. Anung Sugihantono, M.Kes, selaku Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Dari ucapan beliau tadi, saya sadar masalah TBC bukan dimulai dari cara penyembuhannya saja, tapi bagaimana menemukannya atau sadar akan penyakit tersebut ada di sekitar kita.

Tuberkulosis, atau yang sering kita ucap TBC, adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycrobacterium tuberculosis yang ditemukan dan diumumkan oleh Robert Koch pada 1882). Sebagian besar kuman TBC memang menyerang paru-paru karena penularannya berasal dari udara, tetapi TBC juga bisa menyerang organ atau bagian tubuh lainnya seperti tulang, kelenjar, bahkan kulit. Kalian tahu Pak Habibie? Beliau adalah salah satu penderita TBC namun bukan di paru-paru melainkan di tulang. Kemudian Chairil Anwar? Ia juga meninggal akibat Tuberkulosis, dan Jenderal Sudirman juga meninggal dengan penyebab yang sama. Intinya, TBC bisa menyerang siapa saja.

Tuberkulosis ‘biasanya’ menyerang pada usia produktif, di mana seseorang bergerak secara dinamis dan imunitas tubuh sedang ‘naik-turun’ seiring pola makan dan cara seseorang menjaga kesehatan. Tentunya yang harus diperhatikan adalah kesadaran kita, jika kita merasa mengalami gangguan kesehatan dengan ciri-ciri : Batuk selama 2 minggu, Keringat dingin tanpa sebab, Nafsu makan dan berat badan menurun drastis, segeralah memeriksakan diri ke Puskesmas, Klinik, atau Rumas Sakit terdekat. Tak perlu menunggu lama, karena saat ini pemeriksaan TBC sudah terbilang cepat dan mudah dengan adanya Tes Cepat Molekuler (TCM) yang hanya memakan waktu 90 menit saja.

Dr. Anung Sugihartono, M.Kes
Ketika ada yang terindentifikasi dan positif TBC, tentunya penderita harus segera melakukan pengobatan selama 6-8 bulan (terbagi 2 tahap : setiap hari selama 2-3 bulan, dan 3 kali seminggu setelahnya), dan kita yang berada di sekitar penderita harus stop membuat stigma. Edukasi terkait TBC juga harus ditingkatkan, dari hal simple saja seperti batuk, kalian tahu tidak kalau batuk juga memiliki etika lohh, diantaranya..

  • Gunakan masker, apalagi untuk kita yang merasa tidak enak badan dan sempat batuk beberapa kali.
  • Tutup hidung dan mulut dengan menggunakan lengan, atau tisu dan sapu tangan.
  • Kemudian jangan gunakan tisu yang sama, buang tisu yang sudah dipakai ke tempat sampah.
  • Terakhir, cuci tangan menggunakan air yang mengalir dan sabun.

Penderita TBC juga harus sadar akan kesembuhannya, karena selain pemerintah yang memberikan obat gratis, tentu perlu ada dorongan dalam diri juga agar pengobatan yang dilakukan tuntas dan tidak menyebabkan resistan atau dengan kata lain potensi penyakitnya bertambah parah dan berakibat kematian. Seperti,

  • Teratur meminum Obat Anti TBC (OAT) secara lengkap sampai sembuh
  • Menutup mulut waktu bersin dan batuk, sesuai etika batuk.
  • Tidak membuang dahak di sembarang tempat, tetapi membuangnya di tempat tertutup.
  • Dan, menjalani Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, contohnya menjemur alat tifur, membuka jendela dan pintu agar udara dan sinar matahari masuk, makan makanan bergizi, tidak merokok dan minuman keras, serta olahraga secara teratur.

Penderita TBC dan orang yang berada di sekitarnya bukan saatnya untuk menutup diri, tapi harus saling mengingatkan, bahkan melakukan penyembuhan. Menutupi penyakit TBC adalah hal yang salah, semakin lama semakin sulit disembuhkan. #PeduliKitaPeduliTBC, adalah kampanye yang saya rasa bagus dan sangat mendukung keterbukaan untuk sebuah penyembuhan. Global Report WHO 2017 menyatakan rata-rata orang meninggal setiap harinya karena kasus TBC, mereka tak tahu cara mengobatinya dan biayanya (mungkin) padahal semua mudah dan gratis, dan kini saatnya kita sebarkan kepedulian kita!


2 comments

  1. Sedihnya, beberapa hari lalu baru dengar kabar kalau adek letting ada yang kena TB, tp msh belum tau TB apa. Mana istrinya lagi hamil. Duh semoga penyakit ini bisa diberantas ya mas, krn ternyata banyak yg kena huhuhu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. amin, banyak pihak terkait yang sudah bekerja keras.

      Delete