Pancasila, Dan Usaha Mengartikannya

Apa hanya saya yang belakangan ini sedang sering sekali mengingat masa kecil dulu? Apalagi saat beberapa waktu lalu membuka sosmed dan saat itu sedang marak gambar bertuliskan ‘Saya Pancasila’ disatukan dengan foto selfie, sekejap saya pun langsung teringat saat masa berseragam putih biru dulu. Saat kelas saya mendapatkan jatah untuk memimpin jalannya upacara hari senin pasti saya memilih untuk membawa teks pancasila saja, karena jika ditunjuk sebagai pembawa teks UUD otomatis kita harus membacanya, and you know, puanjang banget, iyakan. Berbeda dengan teks pancasila yang hanya lima poin dan itu pun yang membacakan wali kelas, saya sih hanya menyampaikannya saja hehehe. Tapi kemarin, saat berkesempatan hadir dalam acara NETIZEN dan BLOGGER NGOBROL BARENG MPR saya tersadar akan ‘arti’ dari kedua teks yang saya dengungkan tiap senin saat sekolah dulu, ‘tujuan’ mengapa saya terus dengungkan padahal semua tergantung dengan rapih di dinding kelas dan bisa dengan sendiri saya membacanya. Penasaran?


   Yang saya tahu tak semua orang bisa masuk Ruang Delegasi Gedung MPR RI, dari namanya saja saya sudah paham betul siapa saja orang-orang yang bisa duduk nyaman di dalamnya, ialah para Delegasi atau Perwakilan dan yang pasti orang-orang ‘penting’, jelas bukan saya yang hanya rakyat jelata, hiks. Tapi Senin, 5 Juni 2017 lalu adalah hari yang cukup membahagiakan buat saya, sebagai Blogger saya berkesempatan untuk hadir di acara Netizen Ngobrol Bareng MPR RI yang berlangsung di Ruang Delegasi, waw, sehari menjadi utausan penting nih, hehe. Lawan ngobrol kita pun bukan sembarang orang, nantinya akan ada Ketua MPR RI, Bapak Zulkifli Hasan dan juga Sekretaris Jendral MPR RI, Bapak Ma’ruf Cahyono yang akan berbagi pengalamannya tentang arti PANCASILA menurut mereka masing-masing.

“Kita berbeda-beda dan jangan disama-samakan, namun kita satu” kata Pak Zulkifli Hasan saat membuka obrolan dengan kami sore itu. Bagi beliau, Indonesia adalah negara yang lahir dari pengalaman dan cita-cita yang sama, tentu seperti yang saya sering baca di buku sejarah saat sekolah dulu. "Persatuan itu yang utama" dengan tegas beliau mengatakan hal ini, maklum, memang saat ini sudah bukan rahasia lagi kalau 'saling menyerang' adalah permasalahan yang dihadapi pemerintah, padahal tujuan utama mereka sama, menjadikan Indonesia lebih baik lagi. Pada dasarnya, semua harus dikembalikan pada person nya masing-masing karena tiap kepala pasti memiliki pemikiran yang berbeda-beda, dan seperti kalimat diatas tadi, berbeda-beda namun kita satu.

Zulkifli Hasan - Ketua MPR RI 2014 - 2019

Zulkifli Hasan saat berfoto bersama para Blogger

Mungkin yang harus disamakan terlebih dahulu adalah pengertian dasar dari Pancasila itu sendiri, dan menurut Pak Zulkifli Pancasila itu sebuah prilaku yang disinari cahaya tuhan dengan memanusiakan masyarakat  yang adil dan beradab. Bagi saya seperti menyatukan 5 dasar negara menjadi sebuah kebiasaan, saya yakin banyak orang yang ingat sila pertama hingga terakhir, namun jika ditanyakan maksud dari gambar yang mewakili tiap sila tersebut pasti bingung, itu artinya kita hanya sekedar hafal bukan mengerti, apakah salah? saya rasa tidak, namun juga tidak benar ya, karena yang saya alami justru kita melakukan berbagai pengamalan Pancasila secara spontan di kehidupan sehari-hari, kadang kita nya saja tak sadar.

Saya ingat bagaimana dulu pelajaran PPKN (atau yang saat ini berbeda nama, intinya tentang kewarganegaraan) selalu memberikan pertanyaan tentang kejadian sehari-hari dan bukan soal teori, karena memang benar seperti yang dikatakan Pak Zulkifli tadi kalau Pancasila adalah prilaku, jadi harus kita lakukan dan amalkan, bukan sekedar diingat karena sesuatu yang diingat pasti siap dilupakan, aseeek. Pancasila sebagai dasar dari negara adalah cara untuk negara merangkul dan membuat warga nya bersatu, meskipun dalam proses mencapai tujuan tersebut Pancasila memiliki beberapa hambatan, dan dalam perkembangan teknologi saat ini justru media sosial lah salah satu jalan untuk hambatan tersebut masuk yaitu berita hoax atau bohong yang sering menimbulkan perpecahan.
Saya Zulkifli Hasan, Saya Pengamal Pancasila, Saya Pelaksana Pancasila, Saya Pengawal Panacasila, Saya Indonesia.
Sebelum menutup 'jatah' obrolannya, kalimat diatas lah yang beliau sampaikan, ada tiga poin yang coba saya tekankan, Pengamal, Pelaksana dan Pengawal yang kemudian barulah kita menjadi Pancasila. 3P tadi tentunya perlu kita tanamkan dari diri sendiri, contohnya bagaimana kita menyigapi perbedaan sebuah agama? tentu kita harus langsung terpikirkan dengan sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, dalam sila tersebut tak dituliskan nama tuhan yang jelas berbeda ditiap agama, namun negara menyatukan dengan memilih kata 'Tuhan' agar terciptanya kesatuan Indonesia, begitu pun dengan sila lainnya.


"SAYA BARU TAHU TENTANG 4 PILAR, MAAF YA...."

   #IniBaruIndonesia bertahan merajai trending topic twitter selama 7 jam, begitulah info yang saya dapatkan dari @trendinaliaID, akun informasi tentang trending topic twitter di Indonesia. Tapi ternyata, tak hanya satu hastag saja saat itu yang meluncur, ada #4Pilar juga yang menjadi bagian dari acara ngobrol MPR RI, dan sempat membuat saya bingung saat Pak Ma'ruf Cahyono menyinggung hal tersebut, dan ternyata 4 Pilar adalah hal yang secara tidak langsung sudah tak 'diperkenalkan' saat ini, makanya saya tak tahu, siapa yang salah? tak perlu mencari, karen asekarang saya sudah tahu dan akan saya bagikan melalui tulisan ini, hehe.

"Media sosial amat berperan penting saat ini, sebagai media laternatif, semua orang mencari di medsos" kata Pak Sekjen. Bayangkan, bagaimana jika penggunaan media sosial justru difokuskan pada pengenalan tentang hal-hal seperti 4 Pilar dan berbagai penjelasannya, bukan hanya soal ribu-ribu, saling serang, saling menjatuhkan yang ternyata semua itu adalah hoax, kurang bermanfaat sekali bukan, apalagi kita para netizen dan blogger saat ini harus pintar dalam menangani hal semacam ini. Perkembangan teknologi yang sulit dibendung tentunya juga harus diimbangi dengan 'kepintaran' penggunanya, pintar menyaring dan menyampaikan.

Oh iya, mari kita membahas 4 Pilar tadi yang salah satunya ternyata adalah PANCASILA, salah satu yang difokuskan dalam pilar yang pertama ini adalah RELIGIUS, bagaimana seseorang memulai kehidupan yang pasti terkoneksi dengan sang pencipta, dan pada intinya itu adalah 'keputusan' masing-masing orang. Pancasila sendiri adalah sebuah rumusan yang berakar pada sejarah, peradaban, dan agama, dan bagi saya Pancasila menghubungkan diri saya dengan Indonesia secara langsung tanpa adanya perantara, jadi semua berasal dari diri saya sendiri dengan tujuan ingin menjadi warga yang baik, sebuah kesadaran yang saya bentuk untuk Indonesia. "Paham, jangan hanya konsepnya saja tapi harus bergerak ke ruang kesadaran" - Ma'ruf Cahyono

Ma'ruf Cahyono - Sekretaris Jendral MPR RI

Pilar kedua adalah UUD 1945, ada yang hafal? dulu sih iya, tapi sekarang hanya awalannya saha, hehe. Jika saya tak salah mengartikan, untuk Undang - Undang Dasar 1945 ini adalah pengatur hubungan antar sesama manusia, banyak yang diaturnya karena UUD merupakan landasan konstitusional atas Pancasila, juga sebagai alat yang berfungsi supaya terjadi ketertiban di kehidupan bermasyarakat. Yang saya lihat dari fokus UUD adalah MANUSIAWI, sebagai pengayom dalam mewujudkan keadilan sosial, jadi gak ada deh yang namanya main hakim sendiri, merasa benar sendiri, karena sebagai warga negara yang baik, kia harus siap diatur oleh negara melalui UUD. Seperti naik tahap, setelah terjalin hubungan kita dengan tuhan melalui Pncasila, maka selanjutnya antar sesama manusia dengan UUD.

BHINNEKA TUNGGAL IKA, yang kita tahu itu adalah semboyan yang dicengkram dengan kuat oleh sang Garuda di lambang negara kita, iyakan? tapi ternyata ini merupakan pilar yang ketiga loh, artinya Berbeda-beda tetapi tetap satu". Bhinneka sendiri artinya beraneka ragam atau berbeda-beda, kalimat yang diambil dari kutipan kitab Sutasoma karya Mpu Tantular ini dipilih karena sesuai dengan tujuan para raja terdahulu, yaitu BERSATU. Orang-orang terdahulu sadar akan kekayaan yang dimiliki tanah air dan paham akan perbedaannya, untuk itu perlu adanya 'pendorong' yang membuat rakyat terdahulu untuk mau bersatu, dan masyarakat saat ini tentunya jangan mau kalah dong, setelah menjadi religius, kemudian menjadi manusiawi, makan kita siap naik ke tahap selanjutnya yaitu bersatu.

Kita ditakdirkan tidak seragam, tapi beragam - Ma'ruf Cahyono

Terakhir adalah NKRI, bentuk dari semua hal yang saya bahas diawal tadi, adalah bentuk dari negara kepulauan Indonesia dan meskipun dipisahkan oleh laut tapi semua satu nama yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI dipilih karena dianggap tepat untuk membungkus keragaman yang hadir di Indonesia, negara yakin dengan 'kesatuan' ini bisa mengatasi segala paham individu atau golongan tersendiri dan kembali fokus pada kepentingan umum, semua kembali pada sifat DEMOKRATIF berdasarkan inti dibuatnya Pancasila, UUD hingga pemilihan semboyan negara. 4 pilar ini adalah karakter yang ingin dibentuk negara untuk rakyatnya agar mencapai tujuan bersama, seperti tak ada pilihan, namun terkadang 'kita' lah yang membuat pilihan itu sendiri, 4 Pilar memang sudah tak diajarkan secara formal saat ini, namun cobalah menggunakan teknologi untuk mencarinya, karen apada dasarnya teknologi bersifat baik jika digunakan dengan bijak, iyakan! so yuk jadi warga negara yang baik dan benar, kalau bukan sekarang, kapan lagi....


No comments