Mimpi Satu Abad Indonesia

Dengan sangat bangga saya berkata “Sifat Ke’bapak’an saya muncul”, senyum dan tingkahnya membuat hati saya bahagia “rasanya ingin punya satu” hehe. Selagi raga ini sibuk mengikuti gerak instruktur senam, ingatan saya justru kembali ke 20 tahun silam saat cokelat menjadi hal yang paling saya suka, bahkan menangis menjadi hal mutlak yang saya lakukan ketika ibu saya pulang kerja dan tak membawanya. Saya ingat saat itu, Saya menyebutnya masa kecil. Sebuah anegerah, saya rasa sebutan itu sangat pantas untuk mereka yang sudah memiliki anak, kebanggaan tersendiri, dan tugas yang harus mereka lakukan adalah menjaga anugerah tersebut, memberikan hak dan kewajiban anak tentunya. Sudahkah kalian melakukannya? Yakin?


   Hari itu adalah pertama kalinya saya menginjakan kaki di area Museum Olahraga Taman Mini Indonesia Indah (TMII), bentuknya begitu menarik, seperti bola dengan warna merah-putih saling mengisi, tepat di depannya ada gansing raksasa berwarna hitam yang sukses menjadi pusat perhatian untuk saya dan anak-anak kecil yang hadir mengisi akhir pekan dalam memperingati Hari Kesehatan Nasional dan Hari Anak Sedunia 2017 bersama Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia, FOKBI, Dewan Kesehatan Rakyat, Himpaudi, PP Muslihat Fataya NU, KPI, KPAI dan HIMPAUDI. Mengapa mereka berkumpul dan ‘ikut-ikutan’ acara anak-anak? Karena mereka adalah pihak-pihak yang memiliki tujuan sama, sebuah komitmen untuk mewujudkan target pemerintah dalam menciptakan Generasi Emas Indonesia di tahun 2045 mendatang.

“Lindungi Anak Indonesia dari Pangan yang Tidak Sehat” adalah tema yang dipilih dalam acara ini, saya melihat fokus yang lebih jauh ke depannya, Indonesia seakan mempersiapakan bibit unggul yang nantinya akan memimpin dan mengatur negara ini, anak-anak yang saat ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) nantinya akan merasakan perayaan 100 tahun Indonesia merdeka, dan orang tua mereka pasti bangga banget akan hal itu. Anak-anak akan menjadi motor penggerak tanah air, Generasi Indonesia Emas, dan melalui acara ini banyak pihak yang gak mau jika anak-anak itu justru memiliki resiko besar terkena penyakit tidak menular dengan asupan gizi yang sedari kecil tak diperhatikan oleh orang tuanya.

Seperti pada cerita sebelumnya, saya pernah menceritakan sosok publik figur yang mengajarkan anaknya untuk membiasakan minum air putih sedari kecil, hingga pada akhirnya dia sadar sendiri untuk melakukan hal tersebut karena sebuah kebiasaan sehat yang dibentuk. Para orang tua seharusnya melakukan hal tersebut, bukan menyuruh tapi membentuknya, mengajak anak bersama-sama untuk menerapkan pola hidup sehat. Bukan menyalahkan, tapi apa yang bisa dilakukan anak kecil selain menangis? Orang tua memiliki peran besar dalam hal ini, mulai dari memilah makanan hingga tontonan televisi.


By the way, setelah acara ini saya sempat ‘kepo’ loh sama iklan televisi, saya susk tenang dan menanti hadirnya iklan susu yang ‘katanya’ menyalahi kode etik penyiaran. Dan saya tak menemukan, antara salah channel atau memang belum ada, tapi saya yakin KPI dalam hal ini bertindak sangat cepat melakukan koreksi. Informasi yang saya tahu, ada 2 hal ketika kita berbicara tentang tayangan yang sehat, pertama adalah program yang sehat, tentunya tak hanya menghibur, tapi juga ada nilai edukasi, moral dan nilai-positi positif lainnya. Sedangkan yang kedua adalah iklan yang sehat yang memberikan informasi yang benar dan tak menyesatkan, apalagi membohongi masyarakat. Masyarakat dan orang tua harus semakin cerdas memilih mana tayangan yang tepat dan tak menyesatkan, kemudian kritis akan hal tersebut. Itu baru orang tua keren! Kan banyak tuh nomor telepon kritik dan saran, atau medsos yang sekarang tinggal metion ajah.

Seketika saya senyum-senyum sendiri, saya jadi ingat meme yang sedang viral di medsos saat ini “Lo yang ngomongin gwa di perosotan kan?”, sifat lugu dan menggemaskan anak-anak yang saya lihat pagi itu membuat saya bahagia dan rasanya ingin punya satu, hehe. Saya bahagia ketika melihat mereka mengikuti gerak instruktur senam dengan semangat dan tak mau kalah dari rekan sampingnya, orang tua seharusnya mulai mengerti sifat dan sikap dasar anak mereka. Tahu apa yang disukai dan tak disukai, dan tahu mana yang sehat dan tak sehat, itu orang tua cerdas


Dari Kementrian Kesehatan sendiri, ini adalah pencapaian yang akan terus digaungkan, 1 tahun GERMAS, dan Kemenkes dara bahwa anak adalah tanggung jawab kita semua, Kementrian Kesehatan tak bisa bekerja sendiri. Orang tua harus tahu makanan yang sehat untuk keluarga, porsi garam dan gula yang tak berlebihan agar tak menimbulkan obesitas bahkan jantung, atau penyakit tidak menular lainnya, harus sedari kecil agar Generasi Emas nyata terbentuk. Kalian para orang tua pasti gak maukan kalau anaknya obesitas dan ‘makan tempat’ saat berbaur dengan yang lain?

“SKM (Susu Kental Manis) Bukan Susu” ini adalah informasi yang membuat saya kepo karena ‘iklannya yang diperbincangkan belakangan ini’, dan harus diketahui para orang tua kalau masalah iklan ini telah dilakukan pengamatan yang cukup jauh dan tak sembarang judge ajah. Asumsi orang tua bahwa SKM minuman bernergi yang menyehatkan, faktanya tidak. “Kandungan susunya tak lebih dari 8%, sisanya adalah glukosa, gula”, penggunaan SKM sebenarnya hanya pelengkap makanan bukan bagian dari slogan ‘5 sempurna’. Sebenarnya banyak iklan yang menyalahkan aturan penyiaran, tapi hal ini bertahap diluryskan oleh KPI. Iklan sangatlah berpengaruh saat ini, terdapat di mana-mana dan kapan saja, untuk itu perlu dijaga ketat penyiarannya.

Permasalahannya adalah, ketika ‘kecanduan’ iklan, anak-anak akan mengingatnya hingga dewasa, untungnya saya dulu gak terlalu suka nonton iklan, bahkan benci karena jatah Shincan, Doraemon, dan kartun lainnya terpotong, dan setiap iklan saya ganti channel lainnya. Bersama Alm Nenek saya juga dulu nyuruh saya nonton TVRI, kadang sedih sih, tapi kadang bagus loh acaranya. Jika sedari kecil sidah dicekokin SKM yang gulanya buanyyaak banget, dewasa nanti anak-anak pasti beresiko terkena penyakit tidak menular, seperti diabetes,dan jantung contohnya.


Oh iya, saat senam poco-poco yang dikombinasikan dengan lagu anak, saya jadi teringat masa kecil duliu, saat mandi hujan tepatnya, rasanya bebas banget dan gak mau masa itu berlalu dengan cepat. Mereka suka banget main di luar ruangan, lari-larian, bahkan ngeliatin orang yang menggunakan kostum aneh, seakan belajar dan memikirkan ‘ngapain sih nih orang’. Anak-anak jelas membius saya, pantas saja jika industri periklanan juga ‘beberapa’ menggunakan anak-anak sebagai model, bisa jadi produknya yang dirasa memang pas untuk anak-anak, tapi tetap harus sesuai peraturan ya, dalam hal ini KPAI angkat bicara, “Kita pasti sering melihat iklan yang melibatkan anak, sesuai UU No 35 tahun 2013 ada 4 hal yang harus diperhatikan jika melibatkan anak-anak, pertama harus diperhatikan perlindungan anak yang dilakukan tanpa diskriminasi, keduaperlindungan anak itu harus menjamin tentang kelangsungan hidup dan optimalisasi tumbuh kembang, ketiga dilakukan atas dasar kepentingan terbaik anak, dan terakhir harus melibatkan anak/mendengarkan anak.

Untuk itu, menuju satu abad ulang tahun Indonesia ini, mari bersama-sama kita wujudkan mimpi dalam bentuk Generasi Emas 2045 yang nantinya akan membuat kita sebagai orang tua bangga. Pada acara itu juga dilakukan penandatanganan komitmen bersama yang menjadi bukti bahwa kepedulian sangat diperlukan untuk mencapai sebuah tujuan, ini saya anggap sebagai gerbang, pembuka jalan untuk program lanjutan lainnya yang diharapkan berhasil dan didukung oleh para orang tua. Anak adalah anugerah, dan setiap anugerah adalah hal yang istimewa dan wajib dijaga.




4 comments

  1. ciyeeee Aris punya naluri kebapakan juga rupanya.. kirain mo selamanya jadi om-om aje ris :P
    *komen saya unfaedah sekali ya nampaknya

    ReplyDelete
  2. Coklat dan menangis hahahahah anak2 banget.

    ReplyDelete