4 Hal yang Bikin Olahraga Kita ‘Kurang’ Benar!

Terdengar ‘sok tahu’ kalau saya mengucapkan judul cerita kali ini. Yang nulis aja kalau olahraga kebanyakan jajan sama istirahatnya, haha. Tapi saya rasa, saya boleh ‘sok tahu’, karena habis ketemu sama dokter spesialis yang menangani Kevin Sanjaya, dan beberapa pemain badminton unggulan Indonesia. Enggak hanya ketemu dong pastinya, siang itu kami juga ngobrolin soal olahraga yang cukup membuat motivasi saya hadir kembali setelah sekian purnama menghilang.


   Dua minggu lalu saya susah sekali untuk tidur. Naik kasur jam 9 malam, jam 2 dini hari masih melek. Dan selalu menyalahkan smartphone yang tak pernah henti bikin kepo jempol. Banyak orang bilang, “Jauhkan telpon kalau mau tidur”, saya lakukan, tapi tetap saja susah menyuruh mata ini berhenti beraktifitas. Kadang, mata tertutup tapi pikiran ini masih bermain dengan khayalan, terus bikin mata kembali melek. Huft

“Lo kurang gerak tau gak! Kan kerjaan lo duduk, ngetik, main hp doang”, kata temen saya. Seketika saya langsung percaya, benaran percaya karena dulu saya tak mengalami ‘susah tidur ringan’ seperti ini. “Tapi gw banyak gerak kok, jalan kaki terutama”, balas saya. “Iya tapi abis itu makannya banyak”, dengan cepat orang ngeselin tapi benar hari itu membalas.

Saya terdiam, pikiran ini seperti berkata, “Iya juga sih, apalagi kalau CFD, jalan 5 langkah aja langsung ketemu tukang jajanan, terus berenti”. Seingat saya, dan saya tak mau melanjutkan perdebatan ini, gerak yang ‘beneran gerak’ saya lakukan hanya pas awalan CFD dan ngejar kereta/busway saja, baru deh saya lari, itu pun kategori jarang. waktu lainnya tidak ada. Dan itu kesalahan pertama saya yang sudah terlampau bangga melakukan gerakan aktif.

Olahraga Bukan Soal Hari Ini saja!

Iri dengan masa lalu adalah hal yang boleh dilakukan siang itu. Saya rasa. Dan alhamdulillah, saya masih kategori beruntung kalau kita membicarakan soal olahraga. Olahraga dimulai dari gerak aktif yang sejatinya harus dilakukan sejak kecil. Jadi, dalam dunia kesehatan ada yang namanya masa pertumbuhan otot dan saraf, di mana hal tersebut salah satunya dipengaruhi olah gerak yang dilakukan sejak kecil, sejak pertumbuhan di mulai.  

Jika dari kecil sudah berolahraga itu artinya kita sudah mempersiapkan, menguji dan meningkatkan sistem kerja organ kita. Tapi olahraga yang dimaksud bukan olahraga yang orang dewasa pikirkan, bermain adalah olahraga masa kecil yang harus dilakukan, bermain di luar dengan lebih banyak gerak. Misalkan dalam kegiatan bermain yang banyak membuat kita berlari tentunya melatih paru-paru dan jantung kita. Kalau hanya duduk dan menggerakan jari depan layar, saya sih enggak tahu apa keuntungannya, hehe.


Olahraga juga memperkuat memeperkuat saraf dan otot serta meningkatkan koordinasi dan keterampilan tubuh. Melompat, jungkir balik, menahan rasa sakit kalau jatuh, saya beneran kangen main oetak umpet, bentengan, tak jongkok, pokoknya yang lompay-lompatan deh, sebelum masuk sekolah dan kenal pelajaran olahraga, bermain adalah guru olahraga saya yang pertama. Dan tak lupa, urusan membantu perkembangan sosial, khususnya soal percaya diri dan interaksi sosial juga kita dapatkan ketika bermain, serta meningkatkan konsentrasi belajar, kreatifitas dan produktifitas.

“Kesehatan memang bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan segalanya bukan apa-apa”, kata drg. Kartini Rustandi, M.Kes, selaku Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kemenkes RI. Ngobrolin olahraga tak pernah lepas dari urusan kesehatan, karena hampir semua orang menjadikan kesehatan sebagai tujuan mereka berolahraga. Saya juga termasuk, selain kadang ikut-ikutan, hehe. Dari pemerintah sendiri sudah sering mengingatkan kita untuk menjaga kesehatan dengan program GERMASnya, yang sudah cukup memberikan virus baik di masyarakat, menurut saya, ketika melihat banayaknya event lari belakangan ini. Tapi faktanya, hasil Riskesda 2013-2018 masih menunjukan bahwa angka penyakit tidak menular, atau obesitasnya bukan turun, malahan naik. Kalian tahu apa penyebabnya?

Jawabannya, seperti kasus di awal tadi. Hampir semua orang berfokus pada aktifitas fisik, hanya sebagian yang ditambah dengan diet seimbang, dan alhamdulillah banget kalau ada juga yang melakukan cek kesehatan secara rutin. Sangat tepat jika GERMAS dijalankan dalam bentuk olahraga, tapi sayangnya tidak berkesinambungan, itu yang kurang tepat. “Germas ini seharusnya bisa dijadikan budaya”, lanjut Ibu Dokter.


Tidak mudah, sangat tidak mudah menjadikan GERMAS, atau olaharaga sebagai bagian dari budaya kita. Terlalu banyak yang bikin mager, apalagi saat cuaca tak menentu seperti sekarang ini, hehe. Ini kesalahan kedua! Mungkin kalian juga mengalami tapi menurut saya, saya selalu berpikir kalau olahraga ya dilakukan di luar ruangan, sekalinya di dalam ruangan pasti membutuhkan biaya.

Ini 4 Hal yang Bikin Olahraga Kita Kurang Benar!

Akhirnya, setelah sekian purnama, motivasi itu hadir kembali. Biasa berhadapan dengan para atlet, kali ini berhadapan dengan para blogger. Berbincang dengan dr Michael Triangto, SpKO, Spesialis Kedokteran Olahraga membuat saya seperti atlet siang itu. Ingin langsung pemanasan rasanya.

Dari beliau saya mendapatkan info yang membuat saya harus ‘sok tahu’, agar tulisan ini semakin bermanfaat. Ternyata ada 4 hal yang kadang kita lupakan dalam berolahraga. Penasaran?


1. Kurang Benar
Hal pertama yang seharusnya kita lakukan sebelum berolahraga adalah memilih olahraga yang tepat. Kebanyakan dari kita, yang baru memulai olahraga, biasanya memilih olahraga hanya karena ikut-ikutan. Itu yang disayangkan ketika melihat banyak Ruang Publik Terbuka Ramah Anak hadir, bahkan hanya digunakan tempat kumpul-kumpul saja tanpa adanya kegiatan. Kita harus tahu dan mengenal diri kita untuk mennetukan olahraga yang tepat, sesuaikan dengan kemampuan kita.

2. Kurang Baik
Ketika sudah memilih olahrag ayang benar, tahapan selanjutnya adalah mengikuti prosesnya, dan tidak ada jalur instan. Olahraga harus dimulai dengan pemanasan terlebih dahulu, dan bertahap. Misalnya, jika kita tidak biasa lari pagi, jangan memaksakan untuk lari pagi terlalu jauh, setelah pemanasan, cukup keliling RT saja, tak perlu keliling kelurahan. Tidak ada waktu/durasi yang pasti untuk olahraga. Memang, durasi olahraga yang baik adalah minimal 30 menit, tapi itu juga dilihat berdasarkan umur dan kondisi fisik kita saat itu juga.


3. Kurang Teratur
Ini yang menajdi fokus saat ini. Di mana banyak orang yang berolahraga hanya saat ada yang ngajak aja. Tapi sebagai awalan itu tidak apa-apa, support sistem memang dibutuhkan, makanya kita harus berkumpul dengan orang-orang yang suka dengan olahraga. Tapi jangan keterusan, olahraga harus dilakukan secara berkesinambungan. Tapi kan kalau kerja enggak ada waktu? Kata siapa! Pak Dokter mengajarkan beberapa gerakan olahraga simpel yang bisa kita lakukan di mana saja dengan bangku.


Kembali ke poin nomor 1 & 2, ketika sudah menentukan olahraga yang tepat dan baik untuk kita, maka kita akan mencintainya dan merasa aneh jika tidak melakukannya di waktu-waktu tertentu. Makanya, pilih deh olahraga yang simple ajah.


4. Kurang Terukur
Ketika sudah melakukan dengan benar, tentu kita ingin tahu progres olahrag ayang kita jalani sudah sampai mana. Mengukurnya dnegan berat badan naik, lebih sehat, atau bahkan tidur nyenyak sebenarnya juga bisa, tapi lebih baik lagi ketika kita datang ke pusat kesehatan masyarakat untuk melakukan cek kesehatan. Dan kalau bisa dilakukan secara rutin.

Pada akhirnya semua memang tergantung pada kita. Ada pepatah bilang “Diri kita di masa depan adalah berkat apa yang kita lakukan hari ini”. Dan banyak dari kita menginginkan masa tua yang menyenangkan bukan? Makanya lakukan hal yang menyenangkan! tapi jangan lupakan kesehatan.

1 comment

  1. "Hahaha jatuhkan smartphone, maka kamu akan tertidur". Bisa jadi Quote banget nih wkwkwk. Nah kan bener banget yang namanya olahraga itu emang banyak manfaatnya ga cuma saat ini ya tapi nanti dan yang akan datang. Yukk ahh gerak biar badan tetap bugar, asal ga sering2 ya jajan setelah jalan baru 5 langkah doang haha

    ReplyDelete