Terdengar ‘sok tahu’ kalau saya
mengucapkan judul cerita kali ini. Yang
nulis aja kalau olahraga kebanyakan jajan sama istirahatnya, haha. Tapi
saya rasa, saya boleh ‘sok tahu’, karena habis ketemu sama dokter spesialis
yang menangani Kevin Sanjaya, dan beberapa pemain badminton unggulan Indonesia.
Enggak hanya ketemu dong pastinya, siang
itu kami juga ngobrolin soal olahraga yang cukup membuat motivasi saya hadir
kembali setelah sekian purnama menghilang.
Dua minggu lalu saya susah sekali untuk tidur. Naik kasur jam 9 malam, jam 2 dini hari masih melek. Dan selalu
menyalahkan smartphone yang tak pernah henti bikin kepo jempol. Banyak orang
bilang, “Jauhkan telpon kalau mau tidur”,
saya lakukan, tapi tetap saja susah menyuruh mata ini berhenti beraktifitas. Kadang, mata tertutup tapi pikiran ini masih
bermain dengan khayalan, terus bikin mata kembali melek. Huft
“Lo kurang gerak tau gak! Kan kerjaan lo duduk, ngetik, main hp doang”,
kata temen saya. Seketika saya langsung
percaya, benaran percaya karena dulu saya tak mengalami ‘susah tidur
ringan’ seperti ini. “Tapi gw banyak
gerak kok, jalan kaki terutama”, balas saya. “Iya tapi abis itu makannya banyak”, dengan cepat orang ngeselin
tapi benar hari itu membalas.
Saya terdiam, pikiran ini seperti
berkata, “Iya juga sih, apalagi kalau
CFD, jalan 5 langkah aja langsung ketemu tukang jajanan, terus berenti”.
Seingat saya, dan saya tak mau melanjutkan
perdebatan ini, gerak yang ‘beneran gerak’ saya lakukan hanya pas awalan
CFD dan ngejar kereta/busway saja, baru
deh saya lari, itu pun kategori
jarang. waktu lainnya tidak ada. Dan
itu kesalahan pertama saya yang sudah
terlampau bangga melakukan gerakan aktif.
Olahraga Bukan Soal Hari Ini saja!
Iri dengan masa lalu adalah hal
yang boleh dilakukan siang itu. Saya rasa.
Dan alhamdulillah, saya masih
kategori beruntung kalau kita membicarakan soal olahraga. Olahraga dimulai dari gerak aktif yang sejatinya harus dilakukan sejak
kecil. Jadi, dalam dunia kesehatan
ada yang namanya masa pertumbuhan otot dan saraf, di mana hal tersebut salah
satunya dipengaruhi olah gerak yang dilakukan sejak kecil, sejak pertumbuhan di
mulai.
Jika dari kecil sudah berolahraga
itu artinya kita sudah mempersiapkan, menguji dan meningkatkan sistem kerja
organ kita. Tapi olahraga yang dimaksud bukan olahraga yang orang dewasa
pikirkan, bermain adalah olahraga masa kecil yang harus dilakukan, bermain di
luar dengan lebih banyak gerak. Misalkan dalam kegiatan bermain yang banyak
membuat kita berlari tentunya melatih paru-paru dan jantung kita. Kalau hanya duduk dan menggerakan jari depan
layar, saya sih enggak tahu apa keuntungannya, hehe.
Olahraga juga memperkuat
memeperkuat saraf dan otot serta meningkatkan koordinasi dan keterampilan
tubuh. Melompat, jungkir balik, menahan
rasa sakit kalau jatuh, saya beneran kangen main oetak umpet, bentengan, tak
jongkok, pokoknya yang lompay-lompatan deh, sebelum masuk sekolah dan kenal pelajaran
olahraga, bermain adalah guru olahraga saya yang pertama. Dan tak lupa,
urusan membantu perkembangan sosial, khususnya soal percaya diri dan interaksi
sosial juga kita dapatkan ketika bermain, serta meningkatkan konsentrasi
belajar, kreatifitas dan produktifitas.
“Kesehatan memang bukan segalanya, tapi tanpa kesehatan segalanya bukan
apa-apa”, kata drg. Kartini Rustandi, M.Kes, selaku Direktur Kesehatan
Kerja dan Olahraga, Kemenkes RI. Ngobrolin olahraga tak pernah lepas dari
urusan kesehatan, karena hampir semua orang menjadikan kesehatan sebagai tujuan
mereka berolahraga. Saya juga termasuk,
selain kadang ikut-ikutan, hehe. Dari pemerintah sendiri sudah sering
mengingatkan kita untuk menjaga kesehatan dengan program GERMASnya, yang sudah
cukup memberikan virus baik di masyarakat, menurut
saya, ketika melihat banayaknya event lari belakangan ini. Tapi faktanya, hasil Riskesda 2013-2018 masih menunjukan
bahwa angka penyakit tidak menular, atau obesitasnya bukan turun, malahan naik.
Kalian tahu apa penyebabnya?
Jawabannya, seperti kasus di awal tadi. Hampir semua orang berfokus
pada aktifitas fisik, hanya sebagian yang ditambah dengan diet seimbang, dan alhamdulillah banget kalau ada juga yang
melakukan cek kesehatan secara rutin. Sangat tepat jika GERMAS dijalankan dalam
bentuk olahraga, tapi sayangnya tidak berkesinambungan, itu yang kurang tepat. “Germas
ini seharusnya bisa dijadikan budaya”, lanjut Ibu Dokter.
Tidak mudah, sangat tidak mudah
menjadikan GERMAS, atau olaharaga sebagai bagian dari budaya kita. Terlalu banyak yang bikin mager, apalagi
saat cuaca tak menentu seperti sekarang ini, hehe. Ini kesalahan kedua! Mungkin kalian juga mengalami tapi menurut
saya, saya selalu berpikir kalau olahraga ya dilakukan di luar ruangan,
sekalinya di dalam ruangan pasti membutuhkan biaya.
Ini 4 Hal yang Bikin Olahraga Kita Kurang Benar!
Akhirnya, setelah sekian purnama,
motivasi itu hadir kembali. Biasa
berhadapan dengan para atlet, kali ini berhadapan dengan para blogger. Berbincang
dengan dr Michael Triangto, SpKO, Spesialis Kedokteran Olahraga membuat saya
seperti atlet siang itu. Ingin langsung
pemanasan rasanya.
Dari beliau saya mendapatkan info yang membuat saya harus ‘sok tahu’,
agar tulisan ini semakin bermanfaat. Ternyata ada 4 hal yang kadang kita
lupakan dalam berolahraga. Penasaran?
1. Kurang Benar
Hal pertama yang seharusnya kita
lakukan sebelum berolahraga adalah memilih olahraga yang tepat. Kebanyakan dari
kita, yang baru memulai olahraga, biasanya
memilih olahraga hanya karena ikut-ikutan. Itu
yang disayangkan ketika melihat banyak Ruang Publik Terbuka Ramah Anak hadir,
bahkan hanya digunakan tempat kumpul-kumpul saja tanpa adanya kegiatan. Kita harus tahu dan mengenal diri kita
untuk mennetukan olahraga yang tepat, sesuaikan dengan kemampuan kita.
2. Kurang Baik
Ketika sudah memilih olahrag
ayang benar, tahapan selanjutnya adalah mengikuti prosesnya, dan tidak ada
jalur instan. Olahraga harus dimulai dengan pemanasan terlebih dahulu, dan
bertahap. Misalnya, jika kita tidak biasa
lari pagi, jangan memaksakan untuk lari pagi terlalu jauh, setelah pemanasan,
cukup keliling RT saja, tak perlu keliling kelurahan. Tidak ada waktu/durasi yang pasti untuk olahraga. Memang, durasi
olahraga yang baik adalah minimal 30 menit, tapi itu juga dilihat berdasarkan
umur dan kondisi fisik kita saat itu juga.
3. Kurang Teratur
Ini yang menajdi fokus saat ini.
Di mana banyak orang yang berolahraga hanya saat ada yang ngajak aja. Tapi sebagai awalan itu tidak apa-apa,
support sistem memang dibutuhkan, makanya kita harus berkumpul dengan
orang-orang yang suka dengan olahraga. Tapi jangan keterusan, olahraga
harus dilakukan secara berkesinambungan. Tapi kan kalau kerja enggak ada waktu?
Kata siapa! Pak Dokter mengajarkan beberapa gerakan olahraga simpel yang bisa
kita lakukan di mana saja dengan bangku.
Kembali ke poin nomor 1 & 2,
ketika sudah menentukan olahraga yang tepat dan baik untuk kita, maka kita akan
mencintainya dan merasa aneh jika tidak melakukannya di waktu-waktu tertentu. Makanya, pilih deh olahraga yang simple ajah.
4. Kurang Terukur
Ketika sudah melakukan dengan
benar, tentu kita ingin tahu progres olahrag ayang kita jalani sudah sampai
mana. Mengukurnya dnegan berat badan naik, lebih sehat, atau bahkan tidur
nyenyak sebenarnya juga bisa, tapi lebih baik lagi ketika kita datang ke pusat
kesehatan masyarakat untuk melakukan cek kesehatan. Dan kalau bisa dilakukan secara rutin.
Pada akhirnya semua memang tergantung pada kita. Ada pepatah bilang “Diri kita di masa depan adalah berkat apa
yang kita lakukan hari ini”. Dan banyak dari kita menginginkan masa tua
yang menyenangkan bukan? Makanya lakukan hal yang menyenangkan! tapi jangan
lupakan kesehatan.
"Hahaha jatuhkan smartphone, maka kamu akan tertidur". Bisa jadi Quote banget nih wkwkwk. Nah kan bener banget yang namanya olahraga itu emang banyak manfaatnya ga cuma saat ini ya tapi nanti dan yang akan datang. Yukk ahh gerak biar badan tetap bugar, asal ga sering2 ya jajan setelah jalan baru 5 langkah doang haha
ReplyDelete