September 2010. Saya lupa
tanggal berapa tepatnya, dan si burung biru juga tak memberikan info tersebut,
hanya bulan dan tahun yang terlihat pada profile. Dalam keadaan sadar saya
menjatuhkan hati di dunia maya, menghabiskan waktu untuk berkicau, dan
memberikan kerja ekstra untuk jemari. Saat
itu, saya resmi menjadi pengguna twitter aktif. Yang ternyata bisa menghasilkan ‘barang’ tak hanya kesenangan saja.
Hingga saat ini sudah 71 ribu lebih tweet
yang saya buat, dan mulai tak terdengar, berubah menjadi santapan mata yang
terkadang haus akan like. Entah
sampai kapan.
Lupa berdoa adalah kesalahan pertama saya pagi itu. Tapi untungnya saya
masih terbangun, alarm masih berhasil menjalankan misinya, selanjutnya tinggal
berdoa dan bersyukur sebelum berkegiatan. Kegiatan? Dunia seakan ter-pause ketika saya berpikir soal ‘kegiatan hari ini’
yang ternyata tak ada. Resiko menjadi freelancer,
yang sebaiknya tak terlalu saya sadari,
sehingga saya harus fokus untuk terus ‘membuat dunia maya saya’ berkegiatan. Setelah mematikan alarm dan memastikan tak
ada agenda di hari itu, jari saya auto click ke Instagram (IG).
Kalian tahu gejala FoMO? Fear of
Missing Out atau rasa takut jika ketinggalan sesuatu di dunia maya? Takut dianggap
tak kekinian? Ada saatnya pengguna media sosial berada di fase tersebut.
Setelah double tap di beberapa foto yang melintas, membalas komen, dan
sedikit mengkhayal dalam waktu dekat bisa foto seperti yang saya lihat pagi
itu, saya langsung mengecek WhatsApp sambil berharap ada ajakan main. Faktanya tak ada, hanya chat grup yang ramai
entah membicarakan apa. Open grup
kemudian scroll, silent reader garis keras seperti saya selalu yakin jika ada
hal penting pasti dihubungi lewat japrian, hehe.
Segala sesuatu yang kita posting
di sosial media berdampak pada kepribadian kita, jalan bagaimana kita ingin dikenal.
Hal itu masih terngiang di telinga saya, selalu menjadi pengingat ketika mau
posting foto IG, berlaku juga sih ketika
mau ngetweet hingga bikin status facebook.
Cukup lama tenggelam bermain
sosial media menuntut saya untuk bijak dalam menggunakannya. Bijak dalam artian tepat penggunaan yang
telah dipikirkan. Apalagi di zaman sekarang ini yang sangat jelas terlihat
media sosial bisa menghasilkan pundi-pundi uang dan merubah perspektif pekerja
dan pengangguran. Saya semakin yakin
ketika melihat seseorang yang berada di cermin, hingga saat ini dirinya masih
bisa beli ini-itu, bahkan jalan-jalan, dan berhasil membuat komentar iri
netizen. Hanya soal waktu yang bisa membuat ia bosan dan berhenti melakukan hal
tersebut.
3 Cara Menggunakan Sosmed Dengan Bijak ala Arisman Riyadi
Secara tak langsung bermain
sosial media, atau sosmed, membuat
otak kita bekerja ekstra. Saya ambil
contoh instagram, setelah saya pilih foto yang akan diupload, saya harus edit
terlebih dahulu menentukan filter yang cocok, mata ini harus jeli melihat ada
benda kecil yang siap di hapus oleh healing di snapseed, kemudian membuat
caption yang tentunya otak bekerja semakin keras memilah kata dan merangkaian
agar enak dibaca, dan selanjutnya menentukan hastag agar bisa ikut-ikutan
dilihat dan masuk ke tab search orang, yaa kali aja ada tambahan followers,
hehe. Ribet banget? Iya! Untuk saya, bermain sosial media khususnya instagram
bukan lagi soal jepret-posting. Saya belajar dari banyak orang yang saya
temui, saya beranggapan mereka sangat tepat dalam menyalurkan kreativitasnya
dan menginspirasi melalui sebuah foto/video di instagram.
Bijak adalah suatu cerminan sikap dan prilaku seseorang terhadap suatu
hal yang dilihat berdasarkan apa yang dipikirkan secara tepat dalam situasi dan
kondisi apapun, yang kemudian bersifat objektif serta mampu mengambil makna dan
pelajaran penting atas apa yang dilakukan. Ada 3 hal yang membuat saya bisa
bilang, “Saya menggunakan sosmed dengan
bijak”, diantaranya:
1. Sosmed untuk Berkreativitas dan Menghasilkan
Peluang usaha yang tak terbatas
adalah salah satu dampak positif dari internet yang harus kita sadari. Sejalan lurus dengan habit masyrakat yang
udah enggak mau ribet. Media sosial mewakili internet dalam hal ini,
memberikan ruang untuk ‘gratis’ mempromosikan karya yang dibuat baik berupa
suara, foto, dan video. Tujuannya mungkin
berbeda, ada yang komersial ada yang tidak.
Peraturan pertama bermain sosial media adalah jangan baca komentar.
Jangan baca komentar dengan hati, jika
boleh saya tambahkan. Terkadang komentar-komentar tersebut menyakitkan,
tapi kreativitas tak akan berkembang jika tak ada komentar-komentar jahat,
iyakan. Akan terus berada di zona nyaman
dan itu membahayakan. Ketiak bermain sosial media kita akan bertemu dengan
istilah ‘Endorse’, siapa sih yang enggak
tahu istilah ini. Dapat barang gratis, penghasilan bertambah, peluang
bisnis dan menambah followers. Tapi tak asal-asalan, di balik proses endorse
ada hal-hal yang harus diperhatikan seperti ketentuan foto, caption, bahkan
mungkin target engagement.
2. Sosmed untuk Menambah Relasi dan Komunitas
Dulu, salah satu pelajaran yang paling saya suka adalah geografi, terutama
saat Bab Negara-negara yang membaut saya ingin sekali menjelajah, menambah
obsesei kalau lagi main monopoli, hehe. Dan relasi serta komunitas yang
saya jalani hingga saat ini membuat saya bisa merasakan beberapa negara yang
dulu hanya saya tunjuk dan baca, meskipun
belum bisa bangun rumah/hotel yaa. Sebenarnya
ini lanjutan dari cara pertama tadi, setelah kreativitas kita ‘diakui’ dalam
mengelola sosmed yang kita miliki, maka kita akan punya daya tarik dan
nilai jual tersendri, selanjutnya tinggal bagaimana kita memperkenalkannya dan
mengembangkan sayap pertemanan agar kesempatan lebih besar datang.
Hal yang saya syukuri dari sosmed salah satunya bertemu mereka.... |
Untuk di dunia maya kita bisa
gabung di grup-grup facebook, atau seru-seruan berbalas tweet di instagram,
serta komen-komen di foto-foto instagram orang lain. Tapi jangan lupakan dunia
nyata, sering-sering lah meet up,
berbincang, dan ikut meramaikan acara komunitas. Dunia nyata dan maya harus seimbang.
3. Sosmed untuk Mendapatkan Pengetahuan
Seperti yang saya bilang, saya
belajar dari banyak orang yang saya lihat dan temui. Sosial media
memaksa saya untuk melihat banyak orang, dan
saya suka sekali, saya belajar banyak dari mereka mulai dari editing foto
melalui smartphone, cara membuat
video, cara berpakaian, hingga cara berbisnis yang sebenarnya belum saya
lakukan.
Melaui sosial media saya tahu
beberapa tempat seru yang akan saya kunjungi ketika traveling, lengkap dengan gaya foto plus outfit yang
cocok untuk foto di sana. Kemudian dari sosial media juga saya semakin tahu
‘hal-hal menyenangkan dalam hidup yang
wajib dilakukan’, melalui postingan @wempydyoctakoto pada 16 Oktober lalu. Di caption beliau
menjelaskan 5 hal yang dapat dilakukan
generasi muda jika tidak mau menyesal dikemudian hari, hal-hal yang menurut saya bisa memberikan arti lebih di hidup yang kita
jalani saat ini, hal yang bisa membunuh kebosanan hidup yang ‘gitu-gitu ajah’.
Ini salah satu tips yang ia berikan, dan pasti dibutuhkan millennial saat ini, hehe |
Melaui akun instagram miliknya,
secara tak langsung Wempy Dyocta Koto mengajak kita untuk bijak bersosmed,
ketika saya semakin kepo dengan feed instagramnya, sebagai seorang investor
belaiu sangat pintar dalam mengelola akunnya, banyak santapan bergizi untuk 38 ribu
lebih pengikutnya, saya salah satunya.
Ketika memberikan tips, ia tak
membuat ribet followersnya untuk menunggu lama video berputar, ini yang saya suka, karena di caption
ia sudah menjelaskan dengan cukup terperinci. Salah satu contoh pemanfaatan sosmed yang sangat bijak!
Ini juga, harus diingat yaaa... |
Ketika memutuskan untuk membuat
akun di sosial media, apapun platformnya,
sejatinya kita wajib mengelolanya sendiri. You are what you share juga salah
satu peraturan yang harus kita ingat ketika bertindak melalui sosmed. Memang
banyak konten negatif, yang sebenarnya membuat kita lupa kalau konten positif
juga banyak, bahkan membuat kita lupa
kalau kita bisa menciptakan konten positif.
No comments