The First Decade of Art Jakarta

Aromanya masih terasa. Wangi parfum yang beraneka ragam, sulit untuk ditebak, dan untuk apa juga saya lakukan. Pertanyaan dari ruang sebelah saja belum saya temukan, seperti menabung pertanyaan, setiap langkah seakan memaksa saya untuk berhenti dan berhadapan dengan pertanyaan baru. Saya mungkin akan remedial, dan saya justru senang. Itu artinya saya harus kembali tahun depan untuk menjawab pertanyaan dan memastikan aroma tersebut. Mungkinkah masih sama?


   Berbeda dengan penyelenggaraannya sebelumnya, tahun ini Art Jakarta membuat rute yang lebih panjang, eksplorasi yang lebih lengkap, dan kombinasi acara yang semakin menarik. Tentunya juga lebih istimewa mengingat pameran seni yang diadakan pada 2 hingga 5 Agustus lalu merupakan event yang ke-10 diselenggrakannya Art Jakarta. Jika ditanya apa yang kurang dari event yang satu ini, tentu jawabannya adalah “waktu”.

Art Jakarta mengawali kisahnya pada 2009. Masa di mana belum ada platform atau tempat pertemuan antara galeri, seniman, pecinta seni, dan pelaku seni rupa lainnya. Hingga akhirnya rasa sadar bertemu dengan potensi dan ambisi untuk menciptakan ruang tersebut. Keinginan para galeri memiliki space bersama untuk saling berinteraksi menjadikan Art Jakarta resmi diadakan pertama kali oleh MRA Media pada tahun 2009, dan sampai dititik 10 tahun perjalanannya dengan tema acara tahun ini, The Decade of Art Jakarta.


Pernah gak sih kalian merasa ingin masuk galeri, tapi ragu? Takut tak mengerti? Atau takut ‘diabaikan’? Saya sering merasakan hal itu, dan satu-satunya pelampiasan hanya pergi ke museum. Pertama kali tahu Art Jakarta saya merasa senang sekali. Akhirnya ada ruang seni yang ‘terbuka’, dan gratis kala itu. Tempatnya di dalam mall yang bisa menyembuhkan pala yang pusing karena macet, dan jika lapar mudah mencari makanan di sekitarnya. Masih di tempat yang sama, Art Jakarta 2018 juga diadakan di Grand Ballroom The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place.


Art Jakarta, faktanya adalah festival seni rupa terbesar yang diakui di tanah air maupun dunia seni rupa internasional karena mempertemukan pelaku seni,  pemilik galeri seni, dan pecinta seni secara berkesinambungan. Misi untuk menjadi wadah edukasi dalam mengembangkan komunitas seni serta menjadi platform seniman potensial ini semakin jelas terlihat memasuki usianya yang ke-10 dengan menghadirkan para seniman lokal maupun internasional dalam sebuah kolaborasi.


Saya merasa, acara ini tak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari banyak pihak. Mungkin itu salah satu rahasianya. Art Jakarta juga merupakan salah satu cara untuk seni kreatif atau setidaknya 58 galeri yang terlibat untuk lebih dekat dengan masyarakat. Sebuah langkah nyata bagaimana seni mengundang orang-orang untuk mengapresiasinya.

Ada Apa Aja Sih di Art Jakarta 2018?


“Menikmati hidup seutuhnya adalah tugas kita, salah satunya melalui seni”

Melewati metal detector mata saya langsung dimanjakan dengan berbagai wujud seni rupa kontemporer. Kamera seakan tak sabar mengabadikannya. Jujur, saya tak terlalu tahu bagaimana penyebutan tiap seni yang dipamerkan, namun saya sangat menikmatinya. Permainan warna yang ditunjukan salah satu karya setelah saya masuk membuat pikiran ini mulai membayangkan ‘lebih’ untuk Art Jakarta tahun ini. Ditambah, 2018 adalah pertama kalinya Art Jakarta berbayar, 50K, sehingga wajar jika pengunjung meminta sesuatu yang lebaih. Dan Art Jakarta memberikannya!

Satu unsur unik yang harus digaris bawahi setiap Art Jakarta hadir adalah program-program khusus yang ditawarkannya. Seperti Mall Art oleh Faisal Habibie yang sudah tak diragukan lagi dalam permainan seni rupa publik, dan kali ini bekerjasama dengan Mall Pacific Place. Kemudian ada Creative Space Class oleh Ganara Art Space yang mendukung acara Art Jakarta 2018 ini dengan workshop terkait dunia seni rupa saat ini. Serta Creative Art Talk dengan berbagai topik menarik, seperti Korean Art Now, Art in Music Video, Art in Music Composition, hingga art talk tentang bagaimana mengoleksi seni foto dan menjadi kolentor.



BEKRAF yang mendukung acara ini sejak dua tahun lalu juga memberikan sebuah persembahan bertajuk Art Unlimeted yang menggaet banyak seniman muda untuk sharing. Dan gak boleh ketinggalan juga, 10 instalasi dengan konsep 10 museum show yang dibuat khusus untuk 10 tahun Art Jakarta. Saya ingin bilang “pasti kalian nyesel deh gak datang tahun ini”, namun tahun depan pasti ada lagi, hehe.


Lukisan dari Naufal Abshar adalah salah satu yang membuat saya lama terdiam. Hati dan pikiran saya setuju untuk tertawa saat mulut ini diam menahan malu untuk menghargai orang lain di sekitar. Saya kenal dia dari YouTube, salah satu pengisi episode The Docmentery Axelerate. Karyanya beneran membuat saya, HAHAHA, seperti namanya. Selanjutnya Ronald Apriyan yang mengajak saya kembali ke masa kecil, mengajak bermain dengan warna yang membuat suasana semakin menyenangkan dengan karyanya yang berjudul Song of My Childhood.



Satu sudut yang sebenarnya tak boleh di lewatkan di Art Jakarta kemarin, cermin bulat bergantung berbagai tulisan di tengahnya. Tak hanya wajah tapi pikiran pun menuntun sikap untuk bercermin juga. Tentunya masih banyak lagi yang ditampilkan Art Jakarta 2018, tapi kata-kata yang saya buat sejauh ini nampaknya tak cukup untuk menggambarkan. Makanya, tahun depan jangan sampai lupa ya! Karena terlau singkat, pameran seni yang menyatukan banyak seniman keren dalam saru ruang seperti yang satu ini menjadi sayang banget untuk dilewatkan!



No comments