My Generation - 'Kita' dan Sebuah Kesempatan

Salah satu alasan mengapa saya suka sekali menonton film adalah pelajaran yang saya dapat, sejelek apapun film pasti ada saja nilai positif yang ingin disampaikan, meskipun kadang tak tersampaikan dengan baik sih untuk beberapa orang, hehe. Tapi bagi saya justru itu tugas lain sebagai penonton, selain menikmati dan menghormati sebuah karya film tentunya. Berusaha menangkap maksud film  tersebut dibuat. 9 November 2017, film berjudul MY GENERATION arahan sutradara UPI seakan membawa pesan dari generasi millenial untuk para orang tua. Sudah siap menerima pesan itu?



   Setelah membuat saya tertawa lepas lewat film My Stupid Boss, Upi, sutradara yang pernah masuk daftar nominasi sutradara terbaik pada ajang FFI 2013 lalu akan kembali dengan film terbarunya berjudul MY GENERATION. Saya mungkin tak akan tertawa, tapi termenung dan berpikir, kemudian bertanya “benarkah demikian?”, setelah menyaksikan trailer film ini saya langusng teringat karya Upi yang dulu banget, Realita, Cinta dan Rock’n Roll yang heboh pada 2006 silam, film yang saya tonton saat baru masuk SMA dan memberikan pelajaran baru untuk saya kalau ternyata ‘masalah orang ada ajah’ dan gak semua yang ‘amburadul’ itu jahat.

IFI Sinema ‘bisa dibilang’ mengangkat kembali isu yang saya saksikan beberapa tahun lalu, tapi lebih berani kali ini (sok tahu padahal belum nonton, lol). Dulu saya baru banget mengenal dunia dan melihat dari sisi ‘anak kecil’ untuk menyaksikan konflik anak-orang tua, saya gak peduli, tapi sekarang ya.... bisa dibilang sudah bisa melihat masalah apa yang sebenarnya terjadi. Okay, biar semakin paham apa yang saya bicarakan melalui tulisan ini sebaiknya kalian tonton dulu trailer film My Generation di bawah ini...



Why parents suck? Saya pribadi sudah tahu kalau akan hadir yang namanya ‘pembangkangan’ dalam film kekinian ini, bukan tebakan sih, tapi ‘biasanya’ kalau film yang ada anak remajanya pasti masalahnyakan gak jauh dari yang itu-itu aja. Zeke, Konji, Suki dan Orly membuat saya rindu masa SMA karena persahabatan yang mereka tampilkan. “Gak ada yang bisa diarepin dari generasi kalian sekarang” parah! Ini awalan yang bikin saya gak sabar menyaksikan film ini, saya suka sekali saat film ini menarik mundur waktu, rewind gitu deh, musiknya berubah menjadi lebih touching kemudian dialognya semakin greget dan konflik yang dihadapi tiap tokoh mulai diperlihatkan sebagai pemanasan tanggal 9 November nanti.

Menariknya film ini juga terlihat dari pemeran utama yang tadi saya sebutkan, semua baru untuk layar lebar. Saya rasa tak masalah, Upi terbilang sukses menghadirkan bintang-bintang baru di mata saya, Sebelum Realita, Cinta dan Rock’n Roll (2006) ada juga 30 Hari Mencari Cinta (2004) yang memperkenalkan saya dengan beberapa bintang tanah air yang saat ini sudah ‘terkenal banget’, kemudian Belenggu (2013) yang membuat saya semakin senang dengan LCB dan kenal Abimana, lalu My Stupid Boss yang bikin Chew Kinwah semakin dikenal lagi (dan lagi) lewat film Cek Toko Sebelah (beda sutradara sih).

Bryan Langelo (Zeke), Arya Vasco (Konji), Lutesha (Suki) dan Alexandra Kosasie (Orly) adalah pendatang baru yang dipilih untuk membawa pesan dari ‘kids jaman now’ untuk para orang tua melalui film My Generation. Selain bintang baru, film ini juga melibatkan beberapa pemain ‘lama’ seperti Surya Saputra, Tyo Pakusadewo, Ira Wibowo, Karina Suwandi, Joko Anwar yang filmnya sedang meledak dan siap go internasional sekarang ini, bahkan ada Indah kalalo dan Aida Nurmala yang beneran bikin saya kangen banget! Andieen, saya masih ingat nama itu kalau melihat Aida Nurmala, teringat film Arisan, hehehe.


Oh iya, belum mulai saja ‘katanya’ film ini sudah sudah menuai kontroversi loh, katanya bisa ngajarin anak-anak jaman now ngebangkang sama ortunya gitu, ampun deh yang berpikir demikian, sebelum film ini berkoar anak masa kini memang sudah berkembang dan punya segudang kegiatan, baik/buruk tergantung bacaan kalian selama ini apa, everything change, semua berubah dan semua orang harus siap akan perubahan, termasuk orang tua. Film ini berusaha menyampaikan apa yang sebenarnya ingin disampaikan dari anak remaja, masa di mana mereka sedang dalam proses pembentukan dan penemuan jati diri. My Generation berusaha menjadi ‘reka adegan’ kasus yang selama ini ditutupi, tapi sering dirasakan banyak keluarga masa kini.  

Sayangnya, waktu memang tak bisa mundur, sejujurnya saya selalu mendambakan datangnya kesempatan kedua untuk menjalani masa SMA, tapi 3 hari lagi umur saya bertambah, tambah tua kalau kata orang-orang. Yaudahlah ya, mau diapain lagi, sekarang mah yang penting bahagia, paket data internet jalan terus, dan bisa nonton film di bioskop (amin). Film My Generation pun demikian, saya pribadi sangat penasaran apa tindakan yang akan dilakukan keempat tokoh utama tadi untuk mewarnai masa remaja mereka, hanya satu kesempatan. Tak bisa diulang. Percuma untuk disesali.

No comments