Batasan umur terkadang membuat orang tua berfikir dua kali untuk mengajak anaknya pergi menonton ke bioskop, namun tidak berlaku untuk Film Untuk Angeline, pasalnya film yang baru saja rilis hari ini (21/7) sangat tepat jika dijadikan pilihan tontonan bersama keluarga.
Terinspirasi dari FAKTA persidangan kasus Alm. Engeline tahun 2015 lalu membuat Rumah Produksi Citra Visual Sinema menuangkan ide mereka dalam sebuah film, Jito Banyu dipilih sebagai sang sutradara untuk merealisasikan hasil skenario yang telah dibuat oleh 'Lele' Laila Nurazizah kedalam sebuah film yang diberi judul "Untuk Angeline" yang siap tayang pada tanggal 21 Juli 2016 sebagai hadiah menyambut Hari Anak Nasional.
Sesuai dengan kategori drama keluarga untuk segala usia membuat saya berfikir akan satu hal sebelum menyaksikan film ini, yaitu "apakah tidak menghilangkan inti cerita ketika adegan kekerasan dihilangkan?" karena sepengetahuan saya, kasus yang menimpa Alm Engeline adalah sebuah tindak kekerasan yang kurang bagus jika disaksikan, dan jawabannya adalah TIDAK ! sebuah kemasan menarik yang dibuat oleh Dody Chandra selaku editor bersama seluruh Tim Citra Visual Cinema dalam menampilkan beberapa adegan yang cukup "keras" membuat film ini layak disaksikan oleh anak-anak, bahkan banyak adegan yang melibatkan interaksi antar siswa sekolah dasar yang sangat sayang terhadap temannya, dan itu merupakan sebuah penggambaran baik yang wajib untuk ditularkan. Selain itu, Bali kembali menjadi sorotan akan keindahan dan keragaman budayanya yang sangat menarik untuk dinikmati oleh mata kita.
Film ini diperkuat dengan hadirnya aktris pemeran pembantu terbaik pada ajang IMA 2007 lalu yaitu Kinaryosih yang sebelumnya sukses menguras air mata penonton dalam film MARS, di film ini, Kinar yang berperan sebagai Samidah (Ibu Kandung Angeline) kembali melakukan hal yang sama hampir disetiap adegan. Saat menyaksikan film ini, ada dua tokoh yang berhasil mencuri perhatian saya, Pertama adalah Naomi Ivo yang memerankan sosok Angeline (Nama semua karakter disamarkan dalam film ini), dimata saya Naomi berhasil menjadi awal mula bangkitnya aktris cilik di tahun ini dengan aktingnya saat menangis, meskipun berbeda karakter Naomi mengingatkan saya akan film "Petualangan Sherina" dan "Joshua Oh Joshua" yang saat itu didominasi oleh karakter anak-anak. Kedua adalah Roweina Umboh yang berperan sebagai Terry (Ibu angkat Angeline), saat melihat ia pertama kali muncul di film ini saya seakan berkata "Selamat datang kembali peran antagonis Indonesia", kenapa?? FAKTANYA saya sebagai penikmat film rindu sekali akan peran antagonis, di film-film yang lalu sebagian besar peran antagonis seakan hanya sebatas rasa iri saja (menurut saya) belum masuk ke zona kejam ataupun jahat, namun Roweina saya rasa berhasil membuat image "Ibu Tiri" yang dirindukan masyarakat.
Meskipun demikian, ada satu catatan yang masih melekat dipikiran saya yaitu adegan saat Paramitha Rusady yang berperan sebagai Ibu Dewi (majikan Samidah) menjawab telpon, sepenglihatan saya ia menggunakan iPhone namun terbalik dan itu cukup jelas terlihat karena adegannya yang cukup lama (mohon maaf jika saya salah, sepenglihatan saya seperti itu).
Bagaimana, penasaran dengan film ini? Karena selain Kinaryoish, Naomi Ivo dan Roweina Umboh, film ini juga diperkuat oleh Teuku Rifnu Wikana, Hans De Kraker, Dewi Huges, Ratna Riantiaro, Pramitha Rusady, Ema Waroka dan juga sang produser Niken Sptikasari juga turut menyumbangkan aktingnya dalam film ini.
*Info lainnya tentang film ini bisa dibaca disini*
Terinspirasi dari FAKTA persidangan kasus Alm. Engeline tahun 2015 lalu membuat Rumah Produksi Citra Visual Sinema menuangkan ide mereka dalam sebuah film, Jito Banyu dipilih sebagai sang sutradara untuk merealisasikan hasil skenario yang telah dibuat oleh 'Lele' Laila Nurazizah kedalam sebuah film yang diberi judul "Untuk Angeline" yang siap tayang pada tanggal 21 Juli 2016 sebagai hadiah menyambut Hari Anak Nasional.
Sesuai dengan kategori drama keluarga untuk segala usia membuat saya berfikir akan satu hal sebelum menyaksikan film ini, yaitu "apakah tidak menghilangkan inti cerita ketika adegan kekerasan dihilangkan?" karena sepengetahuan saya, kasus yang menimpa Alm Engeline adalah sebuah tindak kekerasan yang kurang bagus jika disaksikan, dan jawabannya adalah TIDAK ! sebuah kemasan menarik yang dibuat oleh Dody Chandra selaku editor bersama seluruh Tim Citra Visual Cinema dalam menampilkan beberapa adegan yang cukup "keras" membuat film ini layak disaksikan oleh anak-anak, bahkan banyak adegan yang melibatkan interaksi antar siswa sekolah dasar yang sangat sayang terhadap temannya, dan itu merupakan sebuah penggambaran baik yang wajib untuk ditularkan. Selain itu, Bali kembali menjadi sorotan akan keindahan dan keragaman budayanya yang sangat menarik untuk dinikmati oleh mata kita.
Film ini diperkuat dengan hadirnya aktris pemeran pembantu terbaik pada ajang IMA 2007 lalu yaitu Kinaryosih yang sebelumnya sukses menguras air mata penonton dalam film MARS, di film ini, Kinar yang berperan sebagai Samidah (Ibu Kandung Angeline) kembali melakukan hal yang sama hampir disetiap adegan. Saat menyaksikan film ini, ada dua tokoh yang berhasil mencuri perhatian saya, Pertama adalah Naomi Ivo yang memerankan sosok Angeline (Nama semua karakter disamarkan dalam film ini), dimata saya Naomi berhasil menjadi awal mula bangkitnya aktris cilik di tahun ini dengan aktingnya saat menangis, meskipun berbeda karakter Naomi mengingatkan saya akan film "Petualangan Sherina" dan "Joshua Oh Joshua" yang saat itu didominasi oleh karakter anak-anak. Kedua adalah Roweina Umboh yang berperan sebagai Terry (Ibu angkat Angeline), saat melihat ia pertama kali muncul di film ini saya seakan berkata "Selamat datang kembali peran antagonis Indonesia", kenapa?? FAKTANYA saya sebagai penikmat film rindu sekali akan peran antagonis, di film-film yang lalu sebagian besar peran antagonis seakan hanya sebatas rasa iri saja (menurut saya) belum masuk ke zona kejam ataupun jahat, namun Roweina saya rasa berhasil membuat image "Ibu Tiri" yang dirindukan masyarakat.
Meskipun demikian, ada satu catatan yang masih melekat dipikiran saya yaitu adegan saat Paramitha Rusady yang berperan sebagai Ibu Dewi (majikan Samidah) menjawab telpon, sepenglihatan saya ia menggunakan iPhone namun terbalik dan itu cukup jelas terlihat karena adegannya yang cukup lama (mohon maaf jika saya salah, sepenglihatan saya seperti itu).
Bagaimana, penasaran dengan film ini? Karena selain Kinaryoish, Naomi Ivo dan Roweina Umboh, film ini juga diperkuat oleh Teuku Rifnu Wikana, Hans De Kraker, Dewi Huges, Ratna Riantiaro, Pramitha Rusady, Ema Waroka dan juga sang produser Niken Sptikasari juga turut menyumbangkan aktingnya dalam film ini.
*Info lainnya tentang film ini bisa dibaca disini*
No comments