1 Hari Di Jogja ? Jangan Lupa Ke Candi !



#CERITAMATA saya kali ini membawa saya mengunjungi kota pelajar, meskipun singkat, saya menyempatkan mencari hal menarik dari kota jogja, kenapa? Karena “mungkin” beberapa orang juga merasakan apa yang saya rasakan bahwa liburan di Jogja, jika tidak direncanakan akan “hilang arah”.
Melalui jejaring social, saya menemukan sebuah pameran kontemporer yang sedang berlangsung di sekitar hortel tempat saya menginap, apalagi “Eko Nugroho” (seniman yang karyanya di tampilkan saat film AADC2) turut ambil alih dalam pameran ini, jadi, kenapa tidak saya datangi saja pameran tersebut!


SABTU SORE DI YOGYAKARTA

   Golden hour menyapa saya saat tiba di stasiun tugu, 8 jam perjalanan menggunakan kereta membuat saya ingin bergegas untuk merasakan air hangat hotel, 5 menit perjalanan dari stasiun saya pun sampai di kamar hotel, waktu seakan berjalan cepat karena tepat jam 8 saya harus hadir disebuah acara yang membuat saya datang ke kota ini.
Malam berlalu, tujuan utama saya di Jogja telah selelsai, dan sekarang saatnya saya menikmati liburan yang bisa saya katakan “singkat”. Belum direncanakan, namun sudah saya pastikan bahwa saya akan datang ke “Pameran Seni Rupa Kontemporer MANDIRI ART JOG ke 9” yang di selenggarakan di Jogja Nasional Museum selama satu bulan kedepan.
TAPI, amat disayangkan jika tidak menikmati malam minggu di jalan malioboro, para penjual baju dan toko-toko sudah mulai membereskan barang dagangannya, berbeda dengan para pengusaha warung angkringan yang justru baru membuka lapaknya, dan benar jika banyak orang yang berkata “SEMUA SUDUT KOTA JOGJA NGANGENIN” sudah lebih dari waisak 2 tahun lalu saya tidak datang ke tempat ini (mungkin nanti akan saya ceritakan tentang ini) tidak ada yang berubah dari jogja, ada sedikit pelebaran jalan dan penambahan fasilitas lainnya namun jogja tetap jogja!
Tempe mendoan dan susu jahe hangat menjadi pilihan saya pada malam itu, lagu yang selalu dinyanyikan para pekerja seni jalanan jogja yaitu “YOGYAKARTA” (kalau tidak salah ya) mulai menghiasa malam itu. TAPI amat disayangkan jika besok saya hanya datang ke pameran yang jaraknya hanya beberapa menit dari hotel, untuk itu saya memutuskan pula untuk menikmati beberapa Candi yang bisa saya jangkau menggunakan TRANS JOGJA.



MINGGU DI YOGYAKARTA

Candi dalam kota dan terjangkau, hal itulah yang membuat saya memilih “Candi Prambanan”, dengan menggunakan trans jogja dengan 1 rute (rute 1b kalau tidak salah, bisa coba tanyakan ke petugas) saya duduk manis dan langsung sampai di Halte Candi, memang harus berjalan sedikit namun pemandangan sekita membuat perjalanan cukup menyenangkan. Sesampainya di loket ada beberapa paket, dan saya memilih paket keseluruhan yaitu 4 candi yeotu candi Prambana, Ploisan,Soijan & Ratu Boko dengan harga Rp. 80.000, cukup mahal memang, namun praktis dan sebanding menurut saya, karena sudah diberikan fasilitas bus sesuai rute candi.

   Candi pertama ialah Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang, merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.

Candi Prambanan, salah satu tempat yang wajib d kunjungi jika berkunjung ke jogja, akses lokasi yang mudah dan fasilitas yang lengkap, juga tersedianya pertunjukan theater yang memiliki jadwal dan cerita tertentu.

   Candi kedua yang saya kunjungi adalah Candi Plaosan berada sekitar 1 km arah timur candi Sewu. Candi Budha ini terdiri dari dua candi utama yang berdiri saling berdampingan, masing-masing memilki dasar bertingkat. Relief yang dipahat pada bagian paling selatan candi mengambarkan seorang lelaki dan di candi yang lain mengambarkan seorang wanita. Keunikan lain dari candi ini adalah bentuk candi Perwara berupa stupa yang ramping.

Candi Plaosan dibangun pada pertengahan abad ke-9 oleh Sri Kahulunnan atau Pramodhawardhani, putri Samaratungga, keturunan Sailendra Dynasty, dan yang menikah dengan Rakai Pikatan dalam tradisi Hindu. The Plaosan kompleks sebuah ensemble dari dua kuil Buddha, Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Candi-candi dipisahkan oleh jalan Plaosan Lor terletak di Utara dan Plaosan Kidul di Selatan. Plaosan Lor terdiri dari dua candi utama dan daerah terbuka yang dikenal sebagai mandapa a. Kedua candi memiliki sebuah pintu masuk, gerbang, dan patung wali dikenal sebagai Dwarapala. Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul dianggap awalnya menjadi salah satu kompleks.




Keadaan candi plaosan dari beberapa sudut, meski baru di buka untuk umum, namun suasana candi sudah cukup bersih dan menyenangkan untuk d kunjungi.

   Selanjutnya Candi Sojiwan / Sajiwan adalah sebuah candi Buddhis yang terletak di desa Kebon Dalem Kidul, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Sebuah ciri khas candi ini ialah adanya sekitar 20 relief di kaki candi yang berhubungan dengan cerita-cerita Pancatantra atau Jataka dari India. Dari 20 relief ini, tinggal 19 relief yang sekarang masih ada.

Candi ini terletak kurang lebih dua kilometer ke arah selatan dari Candi Prambanan, dari gerbang Taman Wisata Candi Prambanan meyeberang jalan raya Solo-Yogyakarta masuk ke jalan kecil menuju ke arah selatan, menyeberang rel kereta api, lalu pada perempatan pertama berbelok ke kiri (timur) sejauh beberapa ratus meter hingga candi terlihat di sisi selatan. Candi ini telah rampung dipugar pada tahun 2011. Uniknya, di wilayah candi ini banyak dijadikan tempat bersantai, halaman yang dilapisi rumput hijau menjadi pilihan yang pas untuk bersantai dan menikmati keindahan candi.



Suasana yang pas untuk menikmati masa lalu, tempat yang bersih dan juga nyaman, meskipun fasilitasnya tidak selengkap candi-candi lainnya.

   Terakhir tempat yang saya kunjungi adalah Sebuah situs arkeologi yang dikenal sebagai Istana Ratu Boko, yang semakin terkenal ketika menjadi lokasi salah satu syuting film box office Indonesia. Menyimpan sebuah misteri besar dan sejarah yang tetap belum terpecahkan. Dinamakan Raja Boko legendaris, disebutkan dalam cerita rakyat Loro Jonggrang, dengan luas 16 hektar situs ini terletak di dataran tinggi, sekitar 3 kilometer dari kompleks Candi Prambanan di Yogyakarta. Sebenernya ini adalah kesekian kalinya saya ke Istana ini, sebelumnya karena film yang berjudul "Kramat" juga ada pengambilan gambar disini, namun karena filmnya yang kurang banyak diminati jadi masih sepi kala itu, hingga akhirnya saya kembali ke tempat ini, ingin berfoto saja harus antri.




Sudut utama Istana Ratu Boko, banyak orang yang rela antri untuk mendapatkan momnet yang pas saat berkunjung kesini, dan iniliah salah satu spot yang banyak diminati.
Dengan luas 16 hektar dan terdiri Terdiri dari kuil, paseban (struktur batu persegi), pendopo (balairung), miniatur candi, kaputren dan tempat pemandian, membuat saya berani untuk lebih mengexplore hingga belakang, dan sepi sekali masih bagian belakang istana ini, kompleks candi ini dapat memberikan pengalaman budaya yang mengesankan serta keindahan matahari terbenam dari atas alam yang menarik jika kita bersabar menunggu tiba senja.



Bagian belakang Istana Ratu Boko, bagian yang masih jarang diminati pengunjung, sehingga masih sepi.

Masih banyak candi yang bertebaran di bumi Yogyakarta, namun akses menuju candi tersebut belum semudah candi yang saya bahas diatas, dan saya pun harus menyudahi wisata candi kali ini, pasalnya pameran seni rupa kontemporer menunggu saya untuk di kunjungi, so ayo kembali ke pusat kota dan nikmati jam-jam terakhir di jogja. see you next post !

No comments