Keseruan Visit Pabrik Indocement, Hingga Fantasi di Ketinggain 158 Meter Plant 14

Sejujurnya saya memberanikan diri, seperti pengalaman pertama kali mencoba wahana histeria di Dufan, bedanya saya bergerak bebas tanpa terikat di kursi dan wajib berteriak di dalam hati, kemudian tak langsung turun ketika sampai di puncak. Dari lantai 11, mata saya menjamah landscape Citeureup - Bogor dengan sungai yang menjadi pembatas antara pabrik dan lahan hijau. Saya seperti berada di sebuah kapal yang berlabuh dengan dua bangunan menyerupai botol susu raksasa yang menjadi ujung kapalnya, dan sebagai kapten, saya akan ajak kalian untuk berkeliling melihat sesuatu yang baru dari ‘kapal’ Indocement, yaitu Plant 14 melalui tulisan ini. Segera cari posisi yang nyaman untuk membaca karena nantinya kita akan berada di ketinggian 158 meter!


   Plant 14 merupakan pabrik terbaru dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (atau yang biasa kita kenal Indocement) yang sebenarnya sudah diresmikan pada Oktober 2016. Meskipun sudah lama, tapi jarang loh ada orang yang berkesempatan untuk tour di pabrik penghasil Semen Tiga Roda dan Semen Rajawali ini, dan saya beruntung bisa menyambanginya beberapa waktu lalu. Safety first, sebelum menjelajah tentunya ada prosedur yang harus saya ketahui, pahami, dan patuhi terutama soal ‘pakaian dinas’ yang menetukan identitas saya saat itu. Rompi hijau terang, sepatu, helm, dan masker sudah terpakai. Pengenalan rambu-rambu pabrik pun sudah saya simpan di ingatan.

“Semua alat di sini sudah dioperasikan di control room, tinggal pencet dan semua bekerja secara otomatis”. Ruangan yang diselimuti kaca ini mungkin tempat terdingin dari kawasan pabrik, tapi panas dalam tugasnya karena terdiri dari berbagai teknologi robotik modern yang harus mengatur dan memonitor alat-alat vital dari Plant 14 selama 24 jam non stop. Selain pabrik terbaru, Plant 14 juga dinilai sebagai pabrik yang terbesar di Citeureup yang terintegrasi dengan kapasitas terpasang sebesar 4,4 juta ton semen per tahun, 10.000 ton klinker per hari, dan 3 x 240 ton semen per jam, yang siap didistribusikan ke dalam dan luar negeri. Waw!



Control Room
Lokasinya yang unik membuat Plant 14 memiliki bentuk yang berbeda dengan Plant lainnya, letter U, sehingga perjalanan saya dan blogger lainnya terbilang menyenangkan. “Sepi, sunyi, pecahkan saja gelasnya, biar ramai”, pikiran saya liar berdialog di tengah alat-alat penghasil semen raksasa bekerja, beneran sepi banget karena seperti yang saya bilang tadi kalau semua sudah diatur jarak jauh dengan pusatnya di control room, jadi jangan aneh kalau kalian main ke sini dan tak melihat pegawai berkeliaran karena mereka kerja di titik-titik tertentu, 1 group terdiri dari 6 orang dan berganti tiap 8 jam sekali dari total keseluruhan pegawai sebanyak 231 orang untuk Plant 14.

Selang yang memanjang, itu yang namanya Kiln
Cuaca panas menjadi sangat panas ketika saya melintas di bawah alat yang bernama Kiln. Semua bahan baku semen yang terdiri dari batu kapur, pasir silika, tanah liat, pasir besi dan gipsum, yang telah dihancurkan dalam proses pengeringan dan penggilingan bersama kemudian masuk ke Kiln yang berputar, bisa dibilang alat ini jantungnya pabrik semen, lingkaran berdiameter 6 meter dan panjang 90 meter itu memiliki panas 1.400 derajat celcius loh, pantas saja hawa panasnya terasa padahal alat tersebut jauh di atas saya.

 
Suspension Preheater Area, Puncak Tertinggi Indocement

Dan, sampailah saya di alat/bagian yang memiliki puncak tertinggi dari Plant 14. Bagian dari pabrik yang selalu terlihat kalau saya naik commuterline menuju Cibinong, yang seperti perosotan raksasa itu loh. Namanya Suspension Preheater, tingginya mencapai 158 meter dengan total 11 lantai yang masing-masing lantai memiliki fungsi yang ‘berat’, seperti Diesel Genset Room di lantai 1, Kiln Inlet di lantai 4, hingga Gas Analyzer di lantai 11. Dan saya kembali beruntung plus seperti uji nyali karena boleh ke lantai 11. Ada dua cara sih kalau kalian mau ke sana, pertama menaiki tangga dengan total 1.444 anak tangga, atau lift. Dan tentunya kalian sudah tahu jalan mana yang saya pilih.

Bersiap menuju puncak, gemilang cahaya, mengukir cita, seindah asa.... hayoo siapa yang ikutan nyanyi?
Tak ada keraguaan dan ketakutan ketika masuk dan berada di dalam lift, tapi semua berubah ketika beberapa langkah saya lalui, di pinggir dekat pagar kemudian menoleh ke bawah. Waw bolong-bolong! Saya yakin material yang saya injak ini kokoh tapi.... saya bisa melihat tempat saya memandang tempat ini tadi, dan semakin horor dengan sedikit goyangan karena bukan hanya saya saja yang melintas. Satu sport jantung lagi, seperti singa yang sedang memantau anaknya bermain, penjaga lantai 11 yang saat itu sedang bertugas memantau dari jauh dengan sangat cerdas, tak mengganggu saya ketika melihat sekeliling, tapi ‘sedikit’ mendekat ketika saya ingin bertanya, dan mungkin akan semakin mendekat ketika saya tiba-tiba kehilangan akal sehat, amit-amit.


Lantai 11 adalah memiliki peran yang penting, Gas Analyser di mana harus terus dilakukan pengecekan dan pemantauan tingkat tinggi agar tekanan dan suhu gas stabil. Kemudian di sana juga ada Ruang Mesin Elevator, kalau kenapa-napa mungkin salah satu dampaknya adalah saya siap mencicipi 1.444 anak tangga tadi, hiks. Dari ketinggian 158 meter ini saya bisa melihat landscape hijau Citeureup yang cukup memanjakan mata, selain alat-alat berat lainnya yang ada di Kompleks Pabrik Citeureup Indocement ini, serta suara bising mesin yang sedang bekerja dibelakang saya. Hembusan angin, kebingungan bergaya karena rasa takut tapi harus tersenyum, dan keseruan yang semakin liar karena berharap ada flying fox, semua jadi satu.


Waw, capturenya sambil gemeteran nih, heheh
Setelah puas bermain di ketinggian saya pikir visit pabrik itu sudah selesai, ternyata tidak, kalau tadi bagian atasnya yang saya lihat sekarang bagian bawah dari Preheater yang terdiri dari lebih banyak lagi alat. Area penggilingan tadi, inget gak? Yang sebelum masuk ke kiln. Bising banget, saya gak bisa terlalu lama di sana karena takut gendang telinga gak kuat, jadi di area tersebut terjadi penghancuran material yang dilakukan secara vertical, akan terjadi penyeleksian bahan yang benar-benar halus karena pendistribusian ke kiln menggunakan angin dari bawah ke atas.

Bagian bawah puncak, di sini terjadi proses penggilingan bahan baku sebelum masuk ke Kiln

AFR, Ini yang Keren dari Pabrik Indocement!

Menggunakan teknologi modern untuk mendapatkan hasil yang membanggakan jelas sudah dilakukan banyak perusahaan, tak hanya industri semen tentunya. Tapi apakah bahan bakar yang dipakai juga membanggakan? Jika ini pertanyaan untuk Indocement, jawabannya jelas “Iya”. Bahkan bisa dikatakan cerdas dan wajib dijiplak

Alternative Fuel and Raw Material (AFR) atau bahan bakar dan bahan baku alternatif, adalah hal keren yang dimiliki Indocement, selain alat-alat tadi, yang mampu memberikan dampak positif yang cukup besar untuk zaman now. Tak hanya Plant 14 saja, tetapi seluruh komplek pabrik Indocement mampu menggunakan bahan bakar alternatif yang terdiri dari Limbah B3 (Bahan Berbahaya dam Beracun) seperti sludge oil, plastik terkontamidasi, cat bekas, hingga limbah tekstil. Juga bahan bakar alternatif non-B3 seperti sekam padi, serbuk gergaji, kertas/karton bekas, refused derived fuel (apa ini? Lanjut baca ya), dan ban bekas.

Ban bekas, salah satu limbah yang dimanfaatkan Indocement untuk bahan bakar alternatif

Ini setelah dicacah dan disatukan dengan hasil limbah lainnya

Indocement memiliki izin untuk mengolah limbah B3 sebagai bahan bakar alternatif, sebuah terobosan baru yang bermanfaat mengurangi limbah di tanah air. Limbah yang berukuran besar dicacah terlebih dahulu menjadi sangat kecil sebelum nantinya masuk ke dalam proses uji/quality control. What? Iya, meskipun limbah, Indocement tetap melakukan pengujian agar limbah yang digunakan untuk membuat bahan bakar alternatif tetap berkualitas. Ingat jargon Semen Tiga Roda? Kokoh dan Terpercaya, untuk itu bahan bakar yang digunakan harus terpercaya, meskipun dari limbah. Benerkan?


Ini yang sudah memasuki tahap akhir, dan siap diuji terlebih dahulu

 
Perkenalkan! Bio-Drying by Indocement

Lantas, dari mana Indocement mendapatkan limbah-limbah tersebut? Pastinyakan butuh banyak ya??? Selain limbah dari Indocement sendiri, mereka juga mendapatkannya dari pihak ketiga, dan satu sumber lagi yang wajib kalian ketahui yaitu desa mitra. Sampah sekampung yang dikumpulkan dan kemudian diproses dengan cara yang baru, jujur saya baru tahu, namanya Bio-drying, sebuah proyek percontohan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi bahan bakar alternatif. 

Awal berkenalan dengan Bio-drying saya pikir akan berhadapan dengan lahan luas yang penuh dengan sampah, bahkan masker masih saya tempel menutupi hidung ini, tapi saya salah, hanya ada dua bak raksasa yang satunya ditutupi terpal menyeluruh dan satunya terbuka sedikit. Kalian tahu terpal tersebut dari mana? Jerman! Dan cukup mahal harganya. Bukan sekedar terpal biasa, yaitu Membran Cover Khusus yang dapat meloloskan uap air hasil pengeringan dimana dapat mengurangi tingkat kadar air dalam limbah.


“Ini adalah proyek percontohan, 60 % air yang terdapat di dalam limbah/sampah rumah tangga dikeringkan menjadi 20 % di demo ini. Mengapa hanya segini? Karena kami ingin memotivasi pihak lain untuk melakukan hal yang sama” ujar Mas Angga, sambil mengarahkan tangganya ke bak.

Bio-drying merupakan proses pengolaan sampah dengan metode co-processing. Bahasa mudahnya mengeringkan sampah secara biologis atau menguraikan komponen yang ada di dalam sampah itu sendiri, yaitu air. Tumpukan sampah ditutup terpal tadi kemudian nantinya akan menguap keluar melalui pori-pori terpal, tapi tak akan masuk kembali hasil penguapan tadi karena terpal tersebut ‘anti bocor’. Selanjutnya jadilah yang dinamakan refused derived fuel (RDF).

Terpalnya mahal loh ini...langsung dari Jerman. heheh


Dalam sekali proses (21-25 hari) RDF yang dihasilkan cukup banyak loh, yakni 110 ton, yang bisa langsung memasuki tahap pengolaan menjadi bahan bakar alternatif. Saya pribadi bangga mengetahui hal ini, sampah rumah tangga loh ini, yang kita pikir gak berguna tapi ternyata bisa difungsikan menjadi bahan bakar industri, bisa dibilang ini salah satu solusi untuk masalah pencemaran lingkungan. Bahkan uniknya lagi, area Bio-drying Indocement ini dulunya tandus banget katanya, setelah demo plant ini berlanjut tanah sekitar menjadi subur dan mulai bisa ditumbuhi berbagai macam tanaman, bahkan ada nanas juga.

Setiap melakukan visit pabrik saya pasti bertemu hal baru, dan menyenangkan sekali, apalagi saat tahu kalau keselamatan dan kebersihan di lokasi kerja sangat diutamakan dan bukan hanya sekedar kampanye di spanduk. Pabrik Indocement begitu bersih, gak seperti yang saya bayangkan tentang ‘pabrik’ tempo dulu. Meskipun saya belum berkunjung ke pabrik-pabrik lain, saya berharap kebersihan dan keselamatan juga diutamakan, dan yang terpenting mereka punya concern terhadap sesuatu yang bermanfaat dan bisa dicontoh banyak pihak. Good job Indocement! Sampai jumpa di visit pabrik selanjutnya.... 

5 comments

  1. jalan-jalan yang berharga banget bisa lihat ke pabrik semennya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seru parah koh, apalagi jlan2 brg org2 pemes... Heheheh

      Delete
  2. Haaaa, kakiku lemas lihat foto kakimu. ToT

    Itu kebayang deh panasnya, hmmmm. Hmmmm. Inget di serang noh pabrik merek lain.

    ReplyDelete
  3. Sumpah keren bgt,
    Jalan2 ke pabrik jadi tamu,sementara saya jadi tuan rumah terus melayani tamu2 yang berkunjung ke pabrik.
    Keren mas,saya jadi tau apa yang di rasakan tamu saat berkunjung ke pabrik :)

    ReplyDelete