Aroma Perjalanan dari BUMN, Mau Ikut?

Taylor Swift masih menemani saya di perjalanan pagi itu, lagu berjudul Look What You Made Me Do yang baru saja rilis berhasil membuat saya lupa kalau saat itu saya masih berada di dalam bus menuju Salatiga, perjalanan dari Semarang menuju Salatiga pagi itu lancar sekali. Suasana yang semakin jauh berbeda dari Jakarta membuat saya lama menatap Gunung Merbabu yang tepat berada di belakang taman bermain, bahkan gunung tersebut berhasil membuat gerbang Tol Bawean-Salatiga viral di dunia maya, ‘katanya’ tak kalah dengan view tol di Swiss. Imajinasi saya mulai liar, coba saja Jakarta-Bandung selancar dan senyaman perjalanan saya kali ini, atau bahkan jarak yang lebih panjang? Antar pulau misalnya?


   Bagai terbangun dari mimpi indah, tak pernah bosan rasanya hidup saya menerima hal ini ketika kembali ke Jakarta, kembali menjalani rutinitas, dan terkadang kembali mengeluhkan hal yang sama, dasar manusia! Keadaan semakin bertambah buruk ketika mata saya melihat agenda di hari itu, ‘Ngobrol Bareng Menteri BUMN......., di Plaza Mandiri Gatsu jam 6 sore’, kalian tahu apa yang saya bayangkan? Perjalanan panjang bak mencari kitab suci! Sedih rasanya membayangkan perjalanan saya sore ini dari Cawang hingga Jalan Gatot Subroto, “gak jam sibuk aja macet, apalagi jam sibuk, fix sampai Plaza mandiri saya ulang tahun”.

Bukan saatnya untuk stres, warna merah memang mendominasi google maps sore itu, tapi terkadang tak berlaku untuk ojek online, jika hari itu saya mendapatkan penghargaan dan diwajibkan untuk berkata-kata mungkin setelah Allah SWT dan orang tua, saya akan menyebutkan abang gojek yang mengantar saya sampai di lokasi dengan selamat tanpa melewati jalur neraka, sepintas saya merasa diculik karena tak tahu di mana saya saat itu, yang saya ingat hanya deretan tukang jajanan dan seakan minta dibeli, tapi maaf saya pengen cepat sampai lokasi. Hehe.

“Kita menganilisa jalan-jalan sudah semakin penuh, kurang banyak jalan padahal penjualan mobil dan motor meningkat” kata Ibu Rini Soemarno selaku Menteri BUMN membuka obrolan santai petang itu, bisa dipastikan saya senyum saat beliau berkata demikian mengingat perjalanan saya tadi. Tapi ternyata saya belum mengerti arah pembicaraan ini, bukan soal Jakarta tapi Indonesia, tema ‘Peran serta BUMN dalam Pembangunan’ yang awalnya didesign santai di Taman Tengah Plaza Mandiri berubah seketika menjadi ruang pembuka wawasan dan ajakan Ibu Menteri untuk menjelajah Indonesia. Kok bisa?

Contoh pembangunan sudah jelas saya lihat dan rasakan di Jakarta, meskipun perbincangan banyak menyebutkan daerah-daerah lain tapi imajinasi saya masih terperangkap di Ibu Kota, saya belum bisa membayangkan situasi yang dibicarakan karena menghirup udara di daerah tersebut saja belum pernah, hehe (kode), salah satunya Jalan Tol Trans Jawa yang tak pernah tersambung karena sulitnya pembebasan lahan, BUMN akhirnya kembali membeli izin pembangunan tersebut dari pihak swasta untuk secepatnya direalisasikan. “Tahun 2018 akan tersambung semua Trans Jawa” kata Direksi Jasamarga, pertengahan tahun ini Merak-Probolinggo sejauh 1270 KM diharapkan akan melancarkan aktivitas ekonomi, pengiriman barang atau transportasi orang, agar tak macet berjam-jam. Amin.

Oh iya, seperti ini loh pemandangan yang saya ceritakan di awal tadi, yuk main-main ke Salatiga

Bahkan kalian tahu tidak kalau ternyata Tol Trans Sumatera ‘gak laku’ loh, “Sudah ditandem 3 x tapi gada yang mau” kata Ibu Rini, hiks. Namun Utama Karya menyatakan Bakauheni-Palembang Agustus 2018 bisa dilalui “insyallah, Sumatera memang masuk ke dalam bucket list saya, rasanya ingin sekali menjelajah dari ujung ke ujung, dan dengan terciptanya pembangunan jalan ini tentunya ‘janji’ untuk melakuklan pemerataan semakin jelas terlihat, tak hanya jakarta saja yang diperhatikan bangun sana-sini.

Hal selanjutnya yang dibicarakan adalah listrik, PLN tentunya. Saya jadi teringat beberapa tahun lalu saya pernah kerja menjadi call center di sana, teman saya pernah cerita betapa susahnya meminta izin untuk penetapan tiang listrik dan pengerjaannya yang ‘cukup berbahaya’ bagi lingkungan sekitar, saya gak ngerti karena tugas saya hanya duduk, angkat telpon dan meminta maaf. Itu hal kecil loh yang dilakukan PLN, karen faktanya mereka saat ini sedang membangun 46.000 KM Transmisi dan 100.000 MVA gardu induk, tak sabar rasanya saya untuk menyaksikan ‘kampanye’ Indonesia terang terwujud. BUMN juga membangun konektivitas secara digital dengan membangun 158.000 KM Fiber Optic, hingga ke Papua loh katanya, “fokusnya sama! Pertumbuhan ekonomi, namun berbasisi digital sebagai peningkatan cara untuk berbisnis”, dan saya semakin tak sabar untuk menjelajah timur Indonesia, ‘kode’ sinyal semakin bagus jelas terasa dan untuk bisnis online juga pasti bisa ke sana, gak terbatas lagi.

Apalagi kalau jalanan bagus bisa juga dipergunakan untuk sarana penunjang kesehatan, contohnya Mandiri Marathon yang pernah saya ikuti, sudah lama sih, lelah dan sangat berkesan. Mandiri bersinergi dengan beberapa instansi tentunya untuk memajukan budaya sehat dengan mengemasnya menjadi menyenangkan untuk diikuti, saya ingat dulu start nya tuh di Monas, dan pagi hari suasananya sejuk banget!, wajib deh kalian coba ikut event-event dari Bank Mandiri yang semakin kekinian saat ini. Oh iya, di acara ngobrol santai ini saya juga berkesempatan mencicipi beberapa masakan nusantara loh, kue pancong, kue cubit, sate, gudeg dan soto berhasil menopang pikiran saya melalui perut kenyang sehingga tak pusing mendengarkan 'kata-kata ajaib' tentang pertumbuhan ekonomi, bisa dibilang saya siap belajar petang itu.

Tak hanya marathon, Mandiri juga sering banget bikin acara keren yang membuka wawasan saya tentang Film, UMKM, bahkan talkshow menarik lainnya loh
“Pertumbuhan ekonomi dunia tidak sebaik yang kita harapkan sejak tahun 2015, meskipun saat ini sudah membaik” kata Ibu Rini, “saya galau bu, saya bingung....” jawab hati saya mendengar ucapan tersebut. Perubahan memang menakutkan tapi itu yang harus terjadi saat ini, contohnya saat saya ingin pergi ke bandara, dulu ribet banget deh bus Damri gak lewat tol, macet, deg-degan kalau mau ke bandara, tapi sekarang kalau dari Depok bus nya langsung masuk tol jadi cepet meskipun sempat terjadi ‘drama’ dalam pembangunannya, yaitu pembebasan lahan.

Rini Soemarno - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) periode 2014-2019

“Target kita harus menjadi pemain dunia” tegas Ibu Rini, wajar sih beliau berkata demikian karena melihat perbandingan populasi kita yang berada di urutan ketiga di dunia, untuk itu kita harus memiliki ‘hal keren’ yang negara lain punya, seperti kereta cepat. Jakarta-Bandung  45 menit! Pasti sering dong dengar ‘janji manis’ itu, obrolan yang tak santai petang itu juga menyinggung kereta cepat yang hingga saat ini masih dalam proses pembebasan lahan, “sama saja seperti jalan tol, memakan waktu dalam proses pembebasan lahan”, kereta cepat sebenarnya diharapkan bersebelahan dengan Tol Jakarta-Bandung, namun medan nya berbeda, jalan tol banyak kelokan tapi kereta cepat harus sedikit belokan sehingga konsep yang dilakukan harus lebih detail dan yang pasti memakan waktu, konstruksinya mungkin akan dilakukan di Oktober ini.

Saya sebagai menteri BUMN punya tanggung jawab untuk dapat menjaga perusahaan yang dimiliki negara, dan dalam pembinaan dan pengawasan BUMN tentu menjaga agar perusahaan tersebut sehat Rini Soemarno

Lantas, pasti kalian bertanya “Jadi apa sih yang sebenarnya sudah dilakukan BUMN saat ini?” Tepatnya di 3 tahun belakangan ini?, “2-3 hari baru kelar saya jelaskan mungkin” canda Ibu Rini. Dari tahun 2004-2014 penambahan jalan tol mencapai 390 KM, awal tahun 2015 hingga hari ini sudah terbangun dan dipakai 560 KM, lihatkan perbandingannya? Jadi tentunya ini sebuah achievment yang saya (Ibu Rini) wajib berterima kasih kepada Direksi karya, Jasamarga yang dengan kerja kerasnya kita bisa bangun dan selesaikan pembangunan jalan tersebut. Kemudian menerapkan satu harga untuk BBM di Papua yang pernah mencapai 60.000-70.000/liter, sekarang kita bisa menawarkan harga yang sama dengan harga di Jakarta tanpa subsidi pemerintah karena kekuatan Pertamina sebagai ‘perusahaan’ yang pantas diacungi jempol, "kita juga sudah berusaha dan melakukan penurunan harga semen di titik puncak Jaya Mulya" kata Ibu Rini, harga semen yang awalnya 2,5 juta menjadi 500 ribu tanpa subsidi dari pemerintah juga. “Itu beberapa hal yang bisa saya banggakan, sebenarnya masih banyak” lanjut Ibu Rini menutup acara malam itu, waw! kepala saya berasap sepertinya!


3 comments

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. semoga BUMN bisa terus maju dan melayani masyarakat
    sesuai amanat pasal 33 UUD 45
    terutama yang berkaitan dengan fasilitas umum ya mas

    ReplyDelete