Perayaan 50 Tahun Bina Swadaya Hingga Lahirnya Trubus.id - "Kini Saatnya Kaum Muda Berinovasi"

Sudah nonton film Filosofi Kopi 2? jika sudah, pasti kalian akan bertemu dengan sosok Brie dalam film itu, saya sangat mengapresiasi sang sutradara, Mas Angga Dwimas Sasongko yang berhasil memvisualisasikan karakter Brie yang ternyata adalah lulusan luar negeri namun sangat peduli dengan keadaan tanah kelahirannya, dirinya berhasil menghidupkan lahan bekas bencana merapi untuk perkebunan kopi, bahkan lebih dari sebuah lahan, Brie berhasil menghidupkan semangat para petani kopi di sekitar daerah tersebut. Di dunia nyata saya berhasil bertemu dengan sosok yang 'mirip' dengan Brie, tepatnya di Perayaan 50 Tahun Bina Swadaya yang diselenggarakan Jumat (14/7) lalu di Auditorium Binakarna, Hotel Bidakara Grand Pancoran, Jakarta Selatan. Penasaran siapa saja mereka?


   Pesta emas itu pun terselenggara dengan sangat meriah, saya ingat ketika Pak Sandiaga Uno hadir dan suasana semakin 'pecah', bahkan ketika aksi memukau dari Indonesia Bamboo Community yang mengiringi saya dan para undangan lainnya saat menyantap makan malam, sungguh friday night yang luar biasa. Sejujurnya, saya tak terlalu tahu dengan Bina Swadaya selaku pembuat acara ini, tapi ketika melihat salah satu produk yang mereka hasilkan, majalah Trubus, saya tahu, bahkan saya suka dengan nuasa hijau yang mereka suguhkan. Bina Swadaya sendiri adalah sebuah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau Lembaga Swadaya Masyarakar (LSM) yang didirikan pada tanggal 24 Mei 1967 yang fokus terhadap pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, dengan melakukan pendampingan, pembelajaran, hingga penyebaran informasi kepada masyarakat binaannya.

50 Tahun bukanlah umur yang sedikit untuk sebuah lembaga swadaya masyarakat, bahkan ternyata Bina Swadaya juga merupakan salah satu LSM tertua di Indonesia saat ini, pencapaian yang luar biasa apalagi masih konsisten dalam membangun pondasi negara hingga sekarang. "Kata 'Bina' bukan merupakan kata yang mendominasi" kata Pak Paulus Wirutomo selaku pengurus Bina Swadaya, "kami mengartikannya dengan suatu makna yang lebih memberikan nuansa perubahan selangkah demi selangkah, sebuah proses yang terus berjalan. Sedangkan 'Swadaya' mengisyaratkan kita tidak sekedar membutuhkan daya, tetapi kita ingin swadaya, yaitu daya yang tumbuh dan bisa dikendalikan sendiri" lanjutnya.

Saya sangat setuju dengan ucapan Pak Paulus saat itu, pengembangan sumber-sumber energi sosial yang baik seperti motivasi, komitmen, peraturan, kebijakan hingga organisasi adalah hal yang 'sesungguhnya' diperlukan masyarakat dalam membangun perekonomian. Pak Paulus juga menambahkan bahwa dalam melakukan pembangunan semua orang harus bekerja seperti seorang seniman, yang tak hanya mengandalkan teknik tapi juga inspirasi dan perenungan yang dalam akan makna-makna yang dilakukan melalui empati dan partisipasi. Dan semua hal tadi terlihat dalam sosok anak muda, Bina Swadaya melihat kaum muda adalah sumber daya yang memiliki kreatifitas dan semangat membuat sesuatu, setuju?

Prof. Dr. Paulus Wirutomo, M. Sc

Saya setuju, sangat setuju lebih tepatnya. Namun kaum muda saat ini tak bisa bergerak sendiri, dalam artian perlu adanya sokongan dana, dorongan 'ini-itu' untuk membuat pemikiran fresh yang kita miliki menjadi nyata. Bina Swadaya mengerti akan hal krusial tersebut, untuk itu mereka melakukan sinergi yang sudah berjalan 50 tahun dengan berbagai pihak, dan belakangan ini semakin concern dengan anak muda. Dan salah satu yang LSM ini lakukan adalah memberikan penganugerahan kepada para pegiat kewirausahaa sosial yang masih dalam kategori 'muda' agar menjadi contoh di masyarakat luas dan melahirkan sebuah gerakan mandiri untuk lingkungan sekitar. Melalui tema acara 'Merajut Swadaya Nusantara' saya seakan 'disentil' untuk semakin peduli dengan kekayaan lokal yang sebenarnya bisa semakin berkelas dan berharga, kadang kita melupakan, dan hanya bangga sesaat, miris.
Sinergi bukan sekedar tindakan tukar menukar, sinergi bukan merupakan perjodohan namun berguna menghidupkan tatanan sosial baru - Bambang Ismawan, Pendiri Bina Swadaya
Menurut Pak Bambang, sudah setua ini Bina Swadaya belum bisa berpikir 100 %, "kami masih terus belajar untuk kedepannya, Bina Swadaya akan terus mengembangkan dan fokus pada pemecahan masalah sosial" tegasnya. Dan dalam perayaan ulang tahun yang ke 50 ini, Bina Swadaya memberikan sebuah kisah perjalanan yang dimuat dalam buku berjudul 'PALUGADA : Hajat Setengah Abad' kepada para tamu undangan, 'apa lu mau gua ada' begitulah isi dari buku ini, saat pertama kali membacanya saya seakan diajak melihat perjalanan Bina Swadaya mulai dari masih sebagai Ikatan Petani Pancasila, foto-foto majalah trubus yang masih tak hijau, hingga berbagai kegiatan konkret lainnya yang sudah dilakukan LSM ini. Dan acara semakin meriah saat pemotongan tumpeng dengan kombinasi warna, awalnya saya bingung mengapa harus berwarna-warni, tapi setelah pemotongan tersebut saya mengerti. Mau tahu? lanjut baca ya....

Bambang Ismawan (tengah) tersenyum saat setelah memotong tumpeng hari jadi Bina Swadaya yang ke 50

Buku PALUGADA : Hajat Setengah Abad, ditulis oleh Eka Budianta

Untuk penganugerahan yang tadi saya singgung, ternyata beberapa meja di lokasi sudah menyediakan hasil karya para nominator loh, mulai dari kerajinan tangan hingga makanan saya cicipi, yang masih terasa di lidah adalah rasa keripik buatan Reka Agni yang menjadi pilihan juri untuk kategori individu, usahanya menghasilkan produk pertanian dengan menerapkan agroekologi di Sukabumi mendapatkan tempat di hati juri, bahkan di mata masyarakat sekitar, dengan mengedepankan konservasi tanah dan kultur yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan, wanita yang ternyata blogger dan member Blogger Reporter ID (BRID) ini berhasil menciptakan produk dan ruang kerja nyata untuk para perempuan (khususnya) di wilayahnya. Keren! dan enak kripiknya...heheh...

Inilah produk pertanian dari inovasi yang dikembangkan Reka Agni

Saat di lokasi acara, bisa icip-icip loh

Selanjutnya juga ada meja yang memamerkan gitar yang terbuat dari bambu, itulah hasil ciptaan tangan kreatif dari Virage Awie, Komunitas Bambu Indonesia yang menjadi pilihan juri untuk kategori kelompok. kenapa bambu? berikut jawab mereka "Karena kami melihat bambu di Indonesia itu paling banyak, bahkan kami berpikir tirai bambu itu Indonesia, bukan china", wohoooo, bangga ih dengernya. "Kami berharap bambu Indonesia naik kelas" tutupnya. Komunitas ini juga sangat peduli terhadap mereka yang tak memiliki pekerjaan di daerah asalnya, untuk itu pemberdayaan ini mereka lakukan, agar semakin banyak pemuda yang peduli, kreatif, produktif, dan tak putus harapan dalam mencari pekerjaan.

Berbagai hasil tangan yang dari komunitas bambu

Biola yang terbuat dari bambu

Inovasi lainnya juga dihasilkan oleh Hysteria yang merupakan komunitas anak muda dari Semarang, berbeda dengan yang lain, Hysteria berfokus di kota dengan mengajak masyarakat 'merawat kampung', melukis kampung, hingga mengenal sejarah kampung. "Kami menginisasi untuk semua orang memiliki pekerjaan di masa depan. Masyarakat kampung harus cedas dulu, mereka harus sadar mereka bagian besar dari sebuah kota", saya merasa Hysteria lebih berfokus pada mind set yang memang harus ditanamkan oleh orang-orang pinggir kota, jangan merasa kecil, jangan malu, dan jangan putus asa, faktanya banyak orang besar yang lahir dari daerah terpencil, lihat saja para pejabat saat ini pasti banyak yang berasal dari kampung.

Penghargaan khusus pun diberikan kepada Lodan Doe yang berasal jauh dari Timur Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Timur (NTT), bergetar hati saya saat mendengar apa yang mereka kerjakan, memperdayakan perempuan kepala keluarga di Flores, tak ada perempuan yang ingin menjadi janda, dan dengan arisan tenun, arisan bangun rumah, hingga mendirikan swalayan Pekka Mart, Lodan Doe mencoba membangun hal yang lebih besar dari materi, sebuah harapan hidup perempuan, sebuah teman untuk para perempuan hingga kekuatan untuk bangkit dari kesedihan. Dan melihat mereka hadir di acar ini adalah sebuah keberuntungan bagi saya.

Adakah dari kalian yang bingung mengapa mereka dipilih sebagai pemenang oleh juri? selain muda, mereka memiliki 'sesuatu' yang dicari tanah air saat ini. Indonesia saat ini sepertinya sedang berada dalam tekanan semakin terbatasnya sumber daya ekonomi dan ekologis, tentu dibutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif dan mampu menemukan modal sosial, "itu yang kita temukan pada calon-calon yang diajukan menerima penghargaan ini" kata Ibu Raffi Paramawati selaku Juri dalam penghargaan yang bertajuk 'Trubus Kusula Swadaya' ini. "Di tengah krisis mereka muncul dengan jnovasi yang mempu menumbuhkan modal sosial, fokus penilaian kami adalah inovasi, keberlanjutan, dampak terhadap lingkungan, terhadap sosial masyarakat, dan dampak pergerakan ekonomi yang nyata terjadi" lanjutnya.

Para penerima penghargaan TRUBUS KUSALA SWADAYA dari Bina Swadaya
Perwakilan Viragie Awie (komunitas Bambu) - Perwakilan Lodan Doe - Reka Agni - Perwakilan Hysteria

Bina swadaya mengakarkan untuk mencoba inovasi baru dan melahirkan bibit baru, seperti yang saya sebutkan tadi bahwa target baru Bina Swadaya adalah kaum muda, pelatihan yang saat ini sedang dikembangkan dan didesign lagi untuk desa yang lebih baik seperti pelatihan online dan mengajarkan tentang pertanian dan perekonomian desa, serta pelatihan untuk menggerakan masyarakat, agar masyarakat bisa mendirikan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), dan mengajari teknik  membuat infrastruktur penggerak masyarakat desa agar bisa berorganisasi dengan baik dan benar. Harapan saya, semoga semua terlaksana dengan sempurna.

Oh iya, masih penasaran dengan tumpeng yang berwarna-warni tadi? Bina Swadaya nampaknya juga tak ingin ketinggalan 'kekinian', dengan menghadirkan portal web bernama TRUBUS.ID, mereka juga siap menginspirasi melalui dunia maya. Bina Swadaya merangkul anak muda untuk mengurus web ini, fokusnya agar kaum muda semakin peduli dengan lingkungan dan tetap menjaga bumi agar semakin hijau dan lestari dengan nama The Green Digital yang saat ini sempat merajai trending topic twitter dengan hastag #TheGreenDigital, yuk langsung kepoini, hehe.

TRUBUS.ID menyajikan konten yang cukup menarik, seperti gaya hidup, inovasi pengembangan, update berita terbaru yang fakta loh, tips kecantikan dan kesehatan, serta Trubus TV yang pasti membuat kalian penasaran. Berteparan dengan perayaan megah dan membanggakan yang saya ceritakan di atas, TRUBIS.ID pun hadir memberikan beragam warna seperti warna yang bisa kita lihat pada nama web ini, beragam, ramai, cerah, dan anak muda banget. Yuk berkunjung dan dapatkan ilmu baru sekarang juga!

Trubus.id semakin mudah, dengan hadir di mobile web

Juga hadir di versi PC atau Laptop agar semakin puas kalau mau nonton TV nya, hehe.



3 comments

  1. Ooo akhirnya ketahuan juga nih orang yang ngabisin tester keripik AGNI.. wkwkwk

    ReplyDelete
  2. Aku paling suka pas bagian para pemenang menceritakan kisah mereka "membesarkan" usahanya :) Ada yang awal2nya dihina, ada yang mau diancam dibunuh seperti kak Bernadette, founder tenun lodan doe itu :)

    ReplyDelete
  3. kereeeen yaaa..udah lama aku ngg baca majalah trubus, termasuk yang edisi digital. Love the awards program

    ReplyDelete