Traveling Bersama Film 'Trinity, The Nekad Traveler'

Alhamdulillah, kata pertama yang saya ucapkan ketika banyak pertanyaan tentang waktu luang yang saya gunakan untuk jalan-jalan, terusss, iya jalan-jalan terus kata orang perkerjaan saya, padahal tak demikian, tapi tak apalah ya, kan membuat orang bahagia bisa dapat pahala, hehe. Oh iya, beberapa waktu lalu saya pernah menulis tentang sebuah film yang bisa mengajak kita masuk kerumah hantu, tapi mata dan pikiran saja, kitanya sih duduk nyaman aja di kursi bioskop, dan kali ini ada satu film lagi yang sama, bedanya hanya ini jalan-jalan keliling Indonesia hingga luar angkasa, eh luar negeri maksudnya, hehehe. Berjudul "Trinity, The Nekad Traveler" yang sudah tayang tanggal 16 Maret 2017 lalu.


   Parah ! baru mulai film ini sudah menampilkan 'kesenangannya tersendiri', mupeng, envy banget melihat sosok Trinity yang diperankan oleh Maudy Ayunda sedang berjemur, tiduran, rebahan, atau apalah yang dia lakukan sebenarnya di atas semangka yang mengapung di air super jernih dengan view kamera yang lama-kelamaan melambung tinggi, kalian tahu apa yang terjadi ? semakin kecil sosok Muady, semakin luas pemandangan yang ditampilkan, hingga pada akhirnya saya berucap, "anjrit ! keren para ini pembuka film".

Banyak film sukses dalam hal 'menceritakan', tapi film ini teramat sukses dalam 'bercerita', bagi saya itu berbeda, ide cerita yang ditawarkan melekat dengan fenomena traveling yang saat ini sedang mewabah, kalian pikir film ini hanya ikut-ikutan ? buang jauh-jauh pikiran cetek itu, setelah menyaksikan film ini dipastikan kalian akan memiliki niat untuk jalan-jalan, tak lama, hal itu langsung saya rasakan saat keluar bioskop. Maudy Ayunda berhasil menjadi sosok pendongeng, Tujuh Bintang Cinema selaku rumah produksi film ini tak salah memilihnya, naskah yang ditulis oleh Rahabi Mandra berhasil dieksekusi oleh Maudy dan pemeran lainnya, alhasil film ini sangat 'kena' saat menyampaikan tips, info dan pesan ceritanya. 

Standing applause untuk sang sutradara Rizal Mantovani, pertama kali menyaksikan film ini saya masih tak menyangka ini arahan sutradara yang dulu sukses membuat film Kuntilanak sebagai salah satu film horor yang saya suka, dari segi cerita hingga sinematografinya. Kembali terulang dalam film ini, sinematografinya keren banget, sumpah, tapi dari sudut yang berbeda dari film Kuntilanak (oh no, saya terlalu jauh membandingkan, heheh). Dari segi make up dan kostum juga tak berlebih, film ini seakan mengerti sekali bagaimana cara membuat nyaman para penontonnya dengan waktu film yang cukup lama.

Jujur, selain adegan pembuka tadi yang bikin mupeng, sosok yang membuat saya sedih ketika film ini berakhir adalah Ayu Dewi, saya ingat ucapan teman saya Balda, "kalau ada nominasi tokoh paling berkesan, pasti si Ayu masuk" katanya, dan saya setuju banget, Ayu Dewi yang menjadi Ibu Bos saat Trinity bekerja amat berhasil membuat tawa, pecah terbahak-bahak, satu studio ngakak saat saya menyaksikannya, gaya-gayanya seperti Willy Wonka, gimmick, gesture, semua lucu, bahkan melebihi Babe Cabiita yang juga turut meramaikan film ini.

Oke, untuk Maudy Ayunda, saya merasakan hal yang sama ketika menonton film-film yang sebelumnya ia bintangi, always total ! dan berhasil masuk karakternya, tapi yang seperti itu-itu aja, masih zona amannya. Dalam film ini ia menang banyak, dari ujung ke ujung, laut ke gunung semua ia singgahi dan berhasil bercerita tentang travelingnya yang mengasyikan, ia berhasil membawa film ini menjadi paket lengkap ketika kita melihat banyak aspek yang mengisi, perbincangan keluarga yang teramat manis oleh Cut Mini dan Farhan selaku orang tuanya, persahabatan yang 'kekinian' bersama Rachel Amanda dan Anggika Bolsterli serta kisah cintanya yang 'sesaat' bersama Hamish Daud yang sepertinya memang sengaja dibuat sedemikian 'minim tampil' untuk part kedua film ini, waw. Dan semua kisah tadi dibalut sangat menarik dengan kisah traveling, wajib nonton pokoknya.

Tapi, ada beberapa hal yang saya sayangkan, soundtrack dalam film ini tak terlalu kuat, amat disayangkan mengingat alur cerita yang sudah menarik banget. Kemudian rambut si Trinity dalam film ini terasa galau, kadang di samping, kadang di belakang, padahal itu dalam satu adegan, hanya beda shoot saja, detail seperti itu rasanya menggangu buat saya. Namun tak membuat film ini kekurangan aura memikatnya. Dan pada bagian akhir, kalian ada berhadapan dengan rasa bangga yang film ini ingin sampaikan, landcape tanah air yang menjanjikan untuk diexpose hadir bersamaan dengan berakhirnya film ini, menyedihkan, saya pribadi rasanya tak rela film ini berakhir. Gak percaya ? mending cusss ke bioskop, buktikan sendiri..hehehe.

6 comments

  1. Jadi penasaran sama filmnya. Semoga lama tayang di bioskop

    ReplyDelete
  2. Wihhh aku mau nonton ah.
    Gak ajak2 ih kalo ada acara keren :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. mau ngajak teh Ani, tapi kan selalu sibuk teh Ani nya,, huhuhu

      Delete
  3. Reviewnya keren nih, mas. Ampe detail tentang perubahan gaya rambut :) Bagi orang yang suka traveling kayaknya aku harus menonton.

    ReplyDelete
  4. gw koleksi buku-buku trinity dari yang pertama tapi belum sempat nonton, semoga semenarik bukunya

    ReplyDelete