1 Hari Di Jogja ? Ayo Ke MANDIRI ART|JOG 9

Seperti yang saya sebutkan di postingan sebelumnya, selanjutnya saya akan menikmati jam-jam terakhir di kota pelajar ini dengan mengunjungin Pameran Seni Rupa Kontemporer Mandiri ARTJOG ke 9, bertempat di Jogja Nasional Museum (JNM), Jalan Amri Yahya, Yogyakarta pameran ini mengangkat tema UNIVERSAL INFLUENCE, sebanyak 72 seniman dengan total 97 karya akan meramaikan jalannya pameran ini. Rencananya pameran ini akan berlangsung dari 27 Mei hingga 27 Juni 2016 mendatang.

salah satu spot wajib untuk foto, berada tepat di depan JNM, setelah foto disini saya siap untuk menjelajah ArtJog

Mandiri Art|Jog ke-9

   Sebuah pameran seni di jogja nampaknya memang sudah biasa, memasuki usianya yang ke 9, Mandiri ART|JOG memiliki makna tersendiri akan arti 9 tersebut,  sembilan bisa dikatakan sebagai angka terutama dalam numerology dasar yang melambangkan "pencapaian tertinggi". Sembilan juga kerap diasosiasikan dengan pemikir-pemikir dan seniman-seniman kenamaan yang terinspirasi oleh kebenaran universal, kebenaran hakiki yang valid pada setiap waktu dan lokasi. Pemahaman ini menginspirasi mandiri ART|JOG|9 untuk melambangkannya makna 9 itu melalui mercusuar dengan sembilan cahaya yang menghiasinya.

Official poster Mandiri Art|Jog9 from twitter @ArtJog

Melebihi pameran biasa, Mandiri Art Jog ke 9 ini sudah bisa dikatakan masuk kedalam tingkat internasional, terbukti dari beberapa karya seni rupa yang dibuat oleh seniman dalam negeri yang mampu menyita perhatian seniman internasional, bahkan ada beberapa karya yang memang di fokuskan pada peristiwa internasional yang terjadi.

72 Seniman saling menunjukan kebolehannya dalam memvisualisasikan karyanya, Jogja Nasional Museum dipilih untuk menjadi saksi bisu dalam pameran ini, karya yang berupa 2 dimensi, 3 dimensi, instalasi, video, site specific object dan performance dipastikan hadir dalam acara ini, para Seniman ternama Indonesia memastikan untuk terlibat dalam kesempatan ini, antara lain Eko Nugroho yang ikut ambil alih dalam film AADC 2, Agus Suwage, Garin Nugroho, Nasirun, Titarubi, FX Harsono dan masih banyak lagi.

Sesampainya saya setelah melewati jalan jogja yang cukup padat karena senja akan tiba, sebuah mercusuar yang cukup tinggi disertai dengan karya instalasi kinetik berbentuk blower berdiameter 2,5 meter dan berkedalaman 50 meter ini menjadi terowongan menyedot perhatian saya, pasalnya menurut info yang saya dapatkan pemeran akbar seperti ini memang memberikan sentuhan yang luar biasa dihalam muka lokasi agar para audiance semakin kagum akan arti seni kontemporer. sekedar informasi, untuk masuk ke pameran ini kita tidak diminta mengeluarkan uang cash, namun harus menggunakan e-money, sesuai syarat dari sponsor saya pikir, namun tidak perlu bingung, disana disediakan dan dipermudah. Pameran ini berlangsung selama satu bulan mulai tanggal 27 Mei hingga 27 Juni 2016 mulai jam 10 pagi hingga 9 malam.

Mandiri Art|Jog juga memiliki beberapa program pendamping untuk pengunjung, yaitu curatorial tour dan meet the artists. Curatorial tour merupakan program edukasi dengan mengajak pengunjung untuk melihat karya-karya yang ditampilkan dengan didampingi curator dan tim artistic. Sementara meet the artists adalah forum bagi pengunjung untuk bertemu dengan seniman yang terlibat dan saling bertukar gagasan serta inspirasi.


MEMASUKI RUANG PAMERAN

Pintu masuk ruang pameran, terlihat suasana cukup ramai. Antusias masyarakat dalam dan luar kota cukup tinggi.
Baru satu langkah, saya pun terhenti tepat dimuka sebuah karya seni, tumpukan mie instan ,menghadirkan sedikit rasa lapar kala itu. kesendirian beberapa orang diatara kermaian saat itu membuat saya mulai berfikir betapa seseorang memang membutuhkan "me time" berusaha mengerti dengan pemikirannya sendiri hingga menyimpulkan solusi dan jawaban pemikirannya tersebut.

Beberapa jajanan warung ditampilkan dalam salah satu karya di JNM, berada tepat didepan pintu masuk

Salah satu karya yang menampilakan beberapa reklame yang berpengaruh saat ini.

   Melanjutkan langkah saya, tulisan-tulisan di dinding dengan beberapa merk terdahulu juga cukup mengambil alih mata dibagian depan pameran, ruang gelap yang memainkan cahaya menjadi sebuah bayangan juga indah dinikmati kala itu. Suasana cukup ramai saat itu, beberapa lukisan abstrak juga hadir dalam pameran ini.

Beberapa lukisan dibuat berdampingan dalam penempatannya, hal ini dilakukan untuk menunjukan perbandingan antar beberapa hal yang saling berhubungan.

Bahkan ada karya yang menunjukan sebuah pemikiran dari fakta-fakta yang sudah ada, dibuat berdasarkan cerita yang tersebar luas.

Permainan cahaya juga dibuat sebagai media seni, membuktikan seni bisa dibuat dari berbagai media

Eko Nugroho, salah satu seniman yang mengisi acara Mandiri Art|Jog yang ke 9 ini bercerita melalui STREET TALK Series nya, instalasi karya bordir yang ia kumpulkan menjadi sebuah kolase arsip foto. Arsip-arsip foto tersebut dipindahkannya ke medium tekstil yang dikerjakan melalui teknik bordir, karya ini menangkap adegan kegiatan sehari-hari yang biasa kita temui dijalan dan secara simbolis menggambarkan berbagai hal seperti resistensi, kekerasan, cinta, dan keluarga. tidak hanya itu, beliau juga menumpahkan hasil pemikirannya dalam sebuah tulisan didinding yang bisa secara jelas dibaca oleh keseluruhan pengunjung.

Terlihat para pengunjung yang sedang menikmati ruang pameran, beberapa ruang dibuat secara luar sesuai konsep dan perjanjian antara seniman & pengelola.

Sebuah pesan dari Eko Nugroho

Intalasi Bordir karya Eko Nugroho, ide yang berasal dari bahasa sehari-hari yang menandakan bahasa universal bisa melapaui segala batas, perbedaan dan konflik.

Beberapa seni lukisan juga terpampang di lorong, seakan mengikuti saya bahkan menyindir saya, pasalnya dengan tema universal influence karya yang ditampilkan memang menggambarkan hubungan antara manusia dengan berbagai hal yang berserakan saat ini, contohnya adalah informasi, semakin banyak informasi yang ada di media daring maupun cetak membuat kemampuan individu untuk menyaringnya juga semakin berkembang, atau mungkin sebaliknya.

Meski bersifat modern, namun sebuah adat juga tak hilang dalam pameran ini, I Made Widya Diputra melalui karyanya yang diberi nama PAPAT KIBLAT, LIMA PANCER Eling Sangkan Paraning Dumadi (Ingat Asal dan Tujuan Hidup) memberikah sedikit kisah tentang adat jawa, istilah "Sedulur Papat Kiblat, Lima Pancer" yang artinya seorang manusia lahir bersama dengan empat sosok saudara (sedulur) diantaranya air, ketuban, ari-ari dan pusar yang menjadi simbol perlindungan diri dari bahaya. Sedang Lima Pancer adalah diri sebagai pengontrol keempat saudara kita itu.
Hal tersebut digambarkan melalui "Rumah Joglo" pada masyarakat Jawa, dimana bukanhanya sebagai tempat berteduh, melainkan juga perluasan dari konsep diri manusia itu sendiri.

Perwujudan manusia dan Joglo, merupakan sebuah kesatuan yang menyiratkan keselarasan, keteraturan, dan harmoni dalam sebuah kehidupan.


Yang satu ini cukup menyita perhatian saya, FX Harsono melalui Photography Instalation yang diberi judul "Undisclosed Identity" memberikan ruang kepada masyarakat Tionghoa untuk mengeluarkan identitasnya. Manusia sebagai individu mempunyai kebebasan untuk menentukan kehendaknya sendiri adalah nukilan tak bermakna. Saat banyak orang di Indonesia dinyatakan sah, hal ini justru tidak sepenuhnya dirasakan oleh rakya Tionghoa, meski lahir di Indonesia, memiliki dokumen lengkap mereka tetap dianggap sebagai "pendatang". Ekspresi wajah yang tampak bahagia akan terlihat dari satu sisi, namun disisi lain, mereka harus berhadapan dengan legal-formal yang hanya dikhususkan untuk mereka.


Light box menjadi pilihan FX Harsono dalam mengeluarkan pendapatnya terhadap universal influence yang terjadi saat ini.


"Sumbu Kosmin Memori" karya Angki Purbandono juga merupakan hasil ide yang menarik, membuat poros cahaya yang dikelilingi dengan potongan-potongan fotografi dari berbagai peristiwa yang tertangkap oleh kamera digitalnya yang ia susun secara melingkar ibarat sebuah sumbu kosmik yang merupakan simbol penghubung dengan Tuhan.

Sumbu memori, sebuah kaya yang menarik, tak heran di depan karya ini banyak pengunjung yang mengitarinya untuk melihat keseluruhan karya.


Tiga lantai menyusuri puluhan karya di Jogja Nasional Museum amat menyenangkan, keseluruhan karya dibuat dalam komposisi dan konteks yang luar biasa, sindiran demi sindiran akan hal yang sering dilakukan manusia saat ini juga nampak jelas terlihat dari berbagai karya, mungkin itu yang ingin disampaikan para seniman, karena seni kontemporer memang harus dimengerti dan memberikan sebuah influence terhadap masyarakat. dan saya rasa Mandiri Art|jog 9 ini merupakan wadah yang tepat sebagai ruang pernyataan diri melalui karya dan performater baik sebuah perwujudan penciptaan pengaruh universal yang ingin disampaikan oleh masing-masing seniman.



Hal yang sering terjadi, simbol-simbol yang sering terlihat juga merupakan universal influence disekitar kita, tak heran beberapa karya terlihat tak asing dimata kita.





Sampailah saya diujung blower yang menyita perhatian saat memasuki gedung JNM tadi, karena blower tersebut memang sengaja dibuat di depan kemudian berakhir di pintu keluar, selayaknya terowngan waktu yang harus dilalui oleh manusia pada umumnya.

Spot yang cukup ramai dijadikan tempat foto, cahaya dan konsepnya memang unik, memang tidak sah jika ke JNM namun tidak foto di tempat ini.

Awalnya saya fikir suara musik yang terdengar dari lorong pameran adalah berasal dari speaker pameran, namun salah, jika berkunjung anda akan kaget bahwa musik yang terdengar justru berada dari benda biru ini.

Cukuplah bagi saya menikmati seni di kota seni Yogyakarta, 1 hari memang terasa kurang, namun cukup untuk mendapatkan pengalaman jika mendapatkan moment ya tepat. rasa tak sabar untuk melihat acara ini ada di Jakarta, meskipun sudah banyak Art Space yang tersedia di Jakarta, namun untuk pameran dengan tema seperti ini akan banyak diminati di Jakarta.

Info lebih lanjut tentang pameran ini bisa dicek di www.artjog.co.id , atau via twitter or instagram di @artjog be fast guys !!

sampai jumpa di #CeritaMata berikutnya....

*dibuang sayang.....




Beberapa foto yang saya ambil dan sayang untuk tidak saya upload, foto pertama hingga ketiga memperlihatkan bagaima pengunjung sangat serius untuk memahami sebuah karya, dan foto terakhir hanya menyarankan anda jika berkunjung untuk membawa kartu debit atau e money dari mandiri, karna setiap transaksi menggunakan benda tersebut.


No comments